Proses pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya adalah sebuah proses perubahan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan terbaik. Dengan proses pendidikan dan pembelajaran, maka seseorang yang mempunyai kelemahan dan kekurangan atas aspek tertentu dapat melakukan proses replikasi kondisi sehingga terbaik.
Dan, untuk mencapai tingkat perubahan yang diinginkan, maka sese-orang harus menerima bimbingan dari orang lain. Bimbingan ini merupakan salah satu cara terefektif untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan. Tambahan inilah yang selanjutnya menjadikan adanya perubahan di diri anak didik.
Tentunya di dalam hal ini kita tidak dapat secara menyeluruh bergantung pada guru untuk melakukan proses perubahan pada anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional maupun harapan masing-masing pribadi.
Sebagai seorang agen perubahan, maka eksistensi guru menjadi sangat penting sebab dengan adanya guru, maka proses perubahan dapat dialami oleh anak didik secara sistematis dan terbimbing. Perubahan memang dapat terjadi pada siapapun, tetapi perubahan yang terstruktur dan sistemik tidak dapat terjadi begitu saja.
Terkait dalam kondisi tersebut, maka peranan guru tidak hanya sebagai fasilitator, melainkan juga sebagai innovator, dinamisator, kreator, adaptor dan katalisator.
Guru adalah Inovator
Pola kehidupan selalu mengalami perubahan sebab kehidupan memang seuah proses yang dinamis. Dinamisasi pola kehidupan seringkali jauh melebihi kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh seseorang sehingga seringkali terjadi satu atau beberapa perbedaan sehingga muncul friksi/ gesekan yang pada akhirnya menjadikan perbedaan konsep.
Dan, anak didik adalah sosok yang belum stabil dalam segala aspek sehingga setiap kali menghadapi persoalan dalam hidup atau proses hidup, maka sebuah teladan bagus agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itulah, maka eksistensi guru sebagai innovator kegiatan, khususnya dalam pola pembelajaran sangat diperlukan.
Kehidupan yang dinamis memberikan konsekuensi logis yang menuntut setiap orang untuk memberikan sesuatu yang baru sehingga selalu sejalan dengan perkembangan pola kehidupan.
Guru adalah innovator dalam segala hal. Guru harus mempunyai banyak inovasi, khususnya terkait dengan kegiatan pembelajarannya sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang terbaik sepanjang perkembangan jaman. Inovasi yang diciptakan oleh guru adalah sesuatu yang menjaid bagian utaa dari kehidupan, di sekolah, di masyarakat ataupun di kehidupan secara menyeluruh.
Peranan guru sebagai innovator pembelajaran benar-benar menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar apa yang diberikan kepada anak didik merupakan sesuatu yang benar-benar baru dan berkesan serta memberikan pengalaman belajar yang mendalam di hati anak didik.
Guru adalah dinamisator
Kondisi mental anak didik, pada umumnya masih belum stabil. Mereka adalah pribadi-pribadi yang masih berada pada kondisi ‘sedang mencari’ sesuatu untuk perubahan signifikan pada dirinya.
Tentunya, pada kondisi seperti ini, anak melangkahkan kaki dalam segala kondisi. Mereka tetap saja melangkah, tanpa perhitungan matang untuk hal tersebut. Segala hal ini dilakoni. Segala hal ingin dikerjakan. Coba dan terus mencoba hal-hal yang dianggapnya baru dan mampu memberinya perubahan sebagai pengalaman hidup.
Kondisi ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Hal ini terkait dalam kehidupan ada hal-hal positif dan negatif yang keduanya selalu berdampingan. Repotnya lagi, keduanya tersaji secara bebas di dalam kehidupan ini sebagai sebuah pasangan tidak terpisahkan. Selanjutnya tergantung pada kita dalam memilih dan memilah hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan hidup kita.
Eksistensi guru di dalam hal ini adalah sebagai dinamisator, yaitu sosok yang mempunyai kemampuan untuk mendinamisasikan kondisi sehingga terciptakan sinergisan kondisi luar dan dalam diri anak didik. Dinamisasi yang dimaksud-kan adalah pergerakan yang terus menerus di dalam diri seseorang, khususnya dalam hal ini aspek positifnya.
Guru adalah penggerak bagi anak didik untuk secara penuh melaksanakan kegiatan belajarnya. Tentunya dalam hal ini seorang guru harus benar-benar mempunyai kemampuan menseleksi setiap kondisi dan selanjutnya menyesuai-kan dengan kondisi yang dimiliki oleh anak didik.
Guru adalah kreator
Setiap proses pembelajaran dilakukan sebagai wujud atau pengejahwantahan atas kondisi yang dihadapi dalam kehidupan. Tentunya kondisi tersebut sangat terkait sebab proses pembelajaran merupakan upaya sadar untuk mempersiap-kan diri menghadapi kehidupan.
Dan, proses pembelajaran pada dasarnya memberikan sesuatu yang baru bagi anak didik sehingga menjadi pengalaman berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Dengan pengalaman tersebut, maka perubahan yang diharapkan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak berbantah.
Agar anak didik mendapatkan apa yang diharapkan, tentunya dibutuhkan seseorang yang mampu memberikan hal-hal baru bagi mereka. Dan, guru sebagai orang yang bertanggungawab terhadap proses pembelajaran di kelasnya, maka dituntut untuk mempunyai banyak kreasi yang positif bagi anak. Kreasi ini meliputi banyak hal, misalnya pada metode pembelajaran, media pembelajarannya dan sebagainya.
Sebagai agen perubahan, maka guru dituntut benar-benar kreatif sehingga mampu menghadirkan proses pembelajaran yang benar-benar efektif. Hal ini sangat penting sebab dengan proses yang efektif, maka kemungkinan keter-capaian setiap program pembelajaran akan meningkat secara signifikan.
Hal lain yang sangat mungkin didapat dari guru yang kreatif adalah suasana belajar yang kondusif, dalam artian anak-anak jadi krasan di kelas pembelajaran dan enggan meninggalkan proses pembelajaran sebab suasana belajarnya tidak membosankan.
Seornag guru yang miskin kreasi mempunyai potensi yang sangat besar atas kegagalan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dibinanya akan menjadi sesuatu yang sangat membosankan bagi anak didik sehingga mengurangi semangat belajar anak didik. Tanpa kreasi yang cukup kreatif, guru hanya menjadi mesin otomasi yang begitu saja memberikan materi pelajaran (transfer of knowledge) semata. Padahal di dalam proses pembelajaran ada tiga aspek penting yang harus disampaikan oleh guru untuk anak-anaknya, yaitu knowledge, attitude dan psikomotor.
Bukankah kita menyadari bahwa jika kebosanan sudah berkuasa, maka segala yang kita lakukan tidak akan maksimal?!
Guru adalah adaptor
Sebagai sosok yang sedang mencari jati diri, maka anak didik sangat membutuh-kan pendampingan sehingga tidak mengalami salah jalan atau gagal dalam proses ini. Pencarian jati diri merupakan masa paling penting bagi semua orang terkait dengan kondisi masa depan mereka. Tentunya hal ini terkait dengan kondisi diri yang belum stabil sehingga anak didik masih mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya. Anak didik masih belum dapat memilih dan memilah setiap aspek yang tersaji dalam kehidupan untuk dirinya.
Yang sering terjadi adalah ketidaksinkronan aspek yang dipilih dengan kondisi di dalam dirinya sehingga terjadi friksi bahkan benturan yang sangat meng-ganggu proses pencarian jati diri. Akhirnya karena ketidakmampuan tersebut, maka anak didik salah jalan dan salah langkah hidupnya. Hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehingga melakukan hal-hal yang negatif, walau ada juga yang benar, positif.
Ketidaksinkronan kondisi di dalam diri dan di luar diri seringkali menjadi pemicu utama bagi kegagalan anak didik dalam menempuh proses pembel-ajaran hidupnya. Hal ini karena perbedaan yang sangat antara kondisi di dalam dirinya dengan kondisi di luar dirinya. Untuk itulah, maka dibutuhkan sese-orang yang mempunyia kemampuan menyesuaikan kedua dunia tersebut se-hingga menjadi sesuatu yang sesuai dengan kondisi anak secara keseluruhan.
Guru dengan segala kompetensi yang dimilikinya benar-benar diharapkan mampu menjadi adaptor sehingga anak benar-benar memiliki kemampuan untuk menyamakan kondisi dirinya dengan lingkungannya, khususnya dalam hal ini adalah semua aspek yang didapatinya dalam proses pembelajaran.
Guru harus mampu penyesuai kondisi anak didik, intern dengan eksternnya sehingga pengalaman belajarnya benar-benar merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Guru adalah katalisator
Bahwa belajar itu adalah sebuah proses sedemikian rupa sehingga terjadi banyak reaksi atas segala hal yang dipelajari bersama. Reaksi ini selanjutnya merupakan kondisi yang terjadi sebagai implikasi atas segala hal yang dipelajari di kelas maupun di dalam kehidupannya.
Sementara kita menyadari bahwa proses pembelajaran yang kita jalankan merupakan proses yang berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dibutuhkan sebuah kecepatan tertentu agar sesuai dengan program yang sudah disusun bersama.
Dan, kecepatan belajar anak didik sangatlah beragam, sehingga kemampuan menyerap dan menyelesaikan materi pelajaran-pun bervariasi. Hal ini snagat merepotkan bagi guru saat harus menyampaikan jatah materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum yang sudah direncanakannya.
Perbedaan yang sangat mencolok di dalam kemampuan penyerapan materi pelajaran selanjutnya berakibat pada ketercapaian program pembelajaran. Dengan kemampuan yang tinggi, maka kecepatan pemahaman materi pelajaran sangat cepat, tetapi dengan kemampuan yang rendah, maka kecepatan pe-mahaman-pun lambat.
Disinilah peranan guru sebagai agen perubahan harus benar-benar dapat menjadi katalisator sehingga kondisi anak didiknya benar-benar sesuai, seragam dalam kemampuan pemahaman materi pelajaran.
Perbedaan kemampuan belajar memang sangat mengganggu proses pembel-ajaran di kelas pada satu sisi ada anak-anak yang sudah mampu, tetapi pada sisi yang lainnya ada anak yang sama sekali belum memahami konsep atau materi pelajaran yang diberikan. Memang, kita dapat memberikan pembelajaran remedial tetapi jika hal tersebut terjadi tentunya repot dan tidak efektif. Oleh karena itulah, maka sebelum kita terjebak pada keharusan memberikan remedial, maka seorang guru harus dapat mejadi katalisator bagi proses pembelajaran anak didiknya sehingga sejak dini sudah dipersiapkan kondisi agar anak didik benar-benar menguasai materi pelajaran secara maksimal.
Seorang guru harus dapat mengatur kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar jelas terlihat dan selanjutnya diberikan pelayanan yang sesuai.
Dengan memperhatikan posisi guru di dalam proses pembelajaran ini, maka sebagai guru kita dapat bercermin dan selajutnya segera mengambil langkah-langkah konkrit sehingga tujuan pembelajaran benar-benar dapat dicapai oleh anak didik.
Pemahaman terhadap posisi dan tugas guru tersebut di atas, maka setidaknya seorang guru dapat segera menentukan sikap dalam menghadapi kondisi anak didiknya dan mempersiapkan kemampuan dirinya agar proses pembelajaran yang dibinanya benar-benar efektif.
Perlu kita sadari bersama bahwa di dalam proses pembelajaran anakdidik, seorang guru adalah pelayan, yaitu orang dewasa yang memberikan bantuan kepada orang muda, anak didik agar mampu menjalankan kewajiban belajarnya. Oleh karena itulah, maka seorang guru harus selalu mengembangkan kemampuan dirinya sehingga benar-benar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Baik dan buruknya anak didik. Berhasil dan tidaknya anak didik memang tergantung pada tingkat usaha yang dilakukan anak didik selama mengikuti proses pembelajaran. Tetapi kondisi tersebut tidak lepas dari peranserta guru di dalam mengkondisikan anak didiknya.
Keberhasilan anak didik tergantung bagaimana seorang guru melayani kebutuhan belajar anak didiknya. Semakin maksimal pelayanan yang diberikan, maka semakin maksimal pula hasilnya. Memang anak didik adalah subyek belajar, tetapi karena anak didik adalah sosok yang sedang mencari jati diri, maka perlu ada pembimbing yang benar-benar mumpuni dan menguasai banyak hal terkait dengan segala aspek yang perlu dipelajari anak didik.
Dan, guru dengan segala keterbatasannya dan tentunya dengan segala kemampuan yang dimilikinya selalu dan selalu belajar sehingga kemampuan dirinya terus terasah dan benar-benar mampu memberikan pelayanan maksimal bagi anak didiknya.
Selanjutnya adalah tergantung pada masing-masing guru, apakah mereka hanya ingin sebagaimana kondisi sekarang ataukah mereka mempunyai semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi anak didiknya sehingga proses pembelajaran menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan, seharusnya seorang guru memang tidak boleh terlalu cepat puas dengan kemampuan yang sudah dimilikinya melainkan harus terus berjuang untuk menambah penge-tahuan, keterampilan dan kemampuan sosialnya sehingga dapat menjadi panutan, digugu dan ditiru oleh anak didiknya. Jangan cepat puas!
Minggu, 31 Agustus 2008
Minggu, 17 Agustus 2008
Motivasi Untuk Perbaikan Masa Depan Anak Didik
Proses belajar merupakan proses menghadapi permasalahan krusial dan harus dapat diselesaikan oleh peserta didik dalam selang waktu tertentu. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan tertentu dari peserta didik agar kegiatan tersebut dapat dijalani secara maksimal. Sementara kita menyadari bahwa kemampuan setiap anak didik tidaklah sama sehingga terkadang kondisi tersebut menjadikan suasana yang negatif di dalam diri anak-anak didik.
Perbedaan kemampuan menerima dan memahami konsep-konsep yang terdapat di dalam materi pemelajaran menjadikan anak-anak memposisikan diri yang kadangkala sangat menyulitkan guru dalam melaksanakan tugas pembel-ajarannya. Anak-anak yang berkemampuan tinggi menempatkan posisi giat belajar, sedangkan anak-anak dengan kemampuan rendah seringkali memposisi-kan diri pada sikap malas yang sedemikian rupa. Jika anak didik kita mem-punyai kemampuan di atas rata-rata, tentunya bukan permasalahan yang sulit untuk meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran. Tetapi, jika kemampuan anak didik kita justru dibawah rata-rata atau ada beberapa anak yang kemam-puannya di bahwa teman-temannya, maka hal tersebut menumbuhkan sikap enggan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Jika kita menghadapi kondisi anak didik seperti ini, maka harus tanggap dan melakukan langkah nyata untuk memperbaiki kondisi dan membangkitkan semangat belajar anak didik. Bagaimanapun kita tidak menginginkan anak didik kita mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran yang kita pandu. Kita tidak berkeinginan anak didik mengalami kegagalan sehingga apapun bakal kita lakukan agar anak didik dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pemelajaran yang kita berikan pada mereka. Berbagai cara kita lakukan agar anak didik terpikat mengikuti proses pembelajaran kita, salah satunya adalah dengan memberikan dorongan dan dukungan terhadap segala hal yang dilakukan anak didik berkaitan dengan proses pembelajarannya.
Beri motivasi dan kesadaran atas masa depan yang ada di tangan mereka, bukan di guru ataupun orangtua.
Ya, kita memang harus segera memberi kesadaran kepada anak didik yang kehilangan semangat belajar sedemikian rupa sehingga mereka menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan kesalahan yang sangat fatal bagi kehidupan masa depan mereka sendiri. Jika mereka melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran di saat sekarang ini, maka taruhan yang harus mereka pasang adalah masa depan yang tentunya tidak menggembirakan bagi ke-hidupan mereka. Anak didik harus segera disadarkan atas peranannya di dalam proses pembelajaran yang bukan sebagai obyek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran. Dengan posisi seperti itu, maka setidaknya kita perlu memberikan dorongan semangat yang tidak terhingga kepada anak didik untuk menjalankan tugas dan kewajiban belajarnya sebaik-baiknya agar masa depan-nya tidak mengalami kesulitan.
Anak adalah pribadi yang masih dalam kondisi labil, setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama pada saat godaan hidup mendera mereka. Sementara kita mengetahui bahwa setiap saat kualitas dan kuantitas godaan hidup pada kehidupan kita sedemikian rupa sehingga seringkali mengharuskan kita untuk berjuang sekuat tenaga mengembalikan langkah pada tujuan hidup yang sesungguhnya. Dan, jika hal tersebut terjadi pada anak-anak, tentunya memberikan kondisi yang berbeda. Anak-anak yang dirinya masih labil mempunyai kecenderungan untuk selalu mengikuti apa yang dihadapi dalam hidup, mereka selalu mencoba dan mencoba untuk mengikuti setiap hal yang dianggapnya baru, bahkan mereka tidak menggubris apa yang ada di balik semua hal tersebut. Negatif ataupun positif bagi mereka tidak pernah jadi masalah, yang penting enjoy, just fun! Inilah yang seharusnya menjadi salah satu pertimbangan pokok dari semua orangtua, termasuk dalam hal ini guru untuk dapat memberikan motivasi positif bagi anak didik agar menyadari tugas dan kewajiban hidupnya, dalam hal ini belajar dengan sebaik-baiknya.
Masa depan anak didik adalah terletak di tangan anak didik, para guru hanyalah membantu untuk memperiapkan diri menghadapi msa depan tersebut. Dalam konteks ini tugas seorang guru tidak lebih dari membantu anak didik dalam mempersiapkan masa depannya. Bagaimana kondisi masa depan anak didik adalah tergantung pada bagaimana mereka mempersiapkan masa depan mereka di saat sekarang ini. Ibarat seseorang yang sedang menabung, maka kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh seorang anak didik merupakan proses menabung tersebut. Siapa yang melakukan proses menabung dengan sebaik-baiknya, maka pada akhirnya dia yang mendapatkan hasil terbanyak. Anak-anak yang memanfaatkan kesempatan belajarnya secara baik, pada akhrinya mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Tabungan yang dikumpulkannya menjadi semakin banyak dan berguna bagi kehidupannya di masa depannya.
Oleh karena itulah, kita harus secara intens memberikan dorongan yang berupa motivasi kepada anak didik sehingga anak didik mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran yang harus dijalaninya. Anak didik harus dibangkitkan semangat belajarnya sehingga dirinya terpacu untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran. Semangat belajar yang kita pompakan ke dalam hatinya merupakan tenaga yang sedemikian hebatnya sehingga dipercaya dapat mem-bangkitkan kepedulian anak terhadap tugas dan kewajiban utamanya dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat memerlukan motivasi sebab dari dalam dirinya sendiri masih belum kuat dorongan keberhasilan, melainkan hanyalah dorongan untuk menyenangkan diri semata.
Jika kita memberikan motivasi secara intens kepada anak didik, maka setidaknya di dalam hati anak didik tumbuh keinginan untuk mewujudkan semua dukung-an dan motivasi yang kita berikan sebagai branding dirinya dalam proses pem-belajaran. Sedangkan, branding merupakan nilai khusus yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dikonversi dengan berbagai kompensasi kehidupan yang tentunya sangat meembahagaiakan hati anak didik dan keluarga besarnya. Dengan branding diri yang berkualitas tentunya memberi nilai tambah bagi anak didik sehingga mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang yang berkepentingan dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang anak.
Motivasi yang kita berikan kepada anak didik pada dasarnya merupakan sebuah daya dorong untuk anak didik agar mampu mencapai suatu tingkatan kemampuan dalam mencapai kondisi tertentu atau mengubah kondisi tertentu. Motivasi ini dapat berupa hadiah (reward) atau penguatan terhadap apa yag didapatkan oleh anak didik. Dengan demikian, maka tumbuh kepercayaan pada diri anak didik dan hal tersebut dipercaya mampu menghadirkan kesadaran anak terhadap proses pembelajaran yang sebenarnya merupakan tugas dan tanggungjawab hidupnya. Belajar adalah kewajiban anak untuk mempersiapkan dirinya menghadapi setiap permasalahan yag ada di dalam kehidupan. Hal ini berkait dengan kenyataan bahwa jika anak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya, maka selanjutnya hal tersebut juga terjadi dalam kehidupannya.
Kita memang harus mampu membangkitkan semangat belajar anak didik dengan memberinya motivasi sehingga tumbuh semangat mempersiapkan masa depan yang gemilang bagi kehidupan dirinya dan keluarganya. Sebab hanya dengan membangkitkan semangat belajarnya, maka anak merasakan pentingnya belajar bagi kehidupan masa depannya. Bahwa mereka menyadari bahwa saat sekarang merupakan saat mempersiapkan segala sesuatu untuk masa depan.
Jika anak didik sudah menyadari peranannya dalam proses pembelajaran dan perannya dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik, maka setidaknya anak didik mengetahui bahwa sebenarnya mereka adalah subyek di dalam proses pembelajaran dan harus terus berusaha meningkatkan kemampu-an dirinya sehingga masa depannya lebih terjamin. Hal tersebut hanya dapat dicapai jika anak didik merasa termoivasi untuk berusaha mengembangkan kualitas dan potensi diriya untuk mempersiapkan masa depannya yang gemilang.
Perbedaan kemampuan menerima dan memahami konsep-konsep yang terdapat di dalam materi pemelajaran menjadikan anak-anak memposisikan diri yang kadangkala sangat menyulitkan guru dalam melaksanakan tugas pembel-ajarannya. Anak-anak yang berkemampuan tinggi menempatkan posisi giat belajar, sedangkan anak-anak dengan kemampuan rendah seringkali memposisi-kan diri pada sikap malas yang sedemikian rupa. Jika anak didik kita mem-punyai kemampuan di atas rata-rata, tentunya bukan permasalahan yang sulit untuk meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran. Tetapi, jika kemampuan anak didik kita justru dibawah rata-rata atau ada beberapa anak yang kemam-puannya di bahwa teman-temannya, maka hal tersebut menumbuhkan sikap enggan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Jika kita menghadapi kondisi anak didik seperti ini, maka harus tanggap dan melakukan langkah nyata untuk memperbaiki kondisi dan membangkitkan semangat belajar anak didik. Bagaimanapun kita tidak menginginkan anak didik kita mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran yang kita pandu. Kita tidak berkeinginan anak didik mengalami kegagalan sehingga apapun bakal kita lakukan agar anak didik dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pemelajaran yang kita berikan pada mereka. Berbagai cara kita lakukan agar anak didik terpikat mengikuti proses pembelajaran kita, salah satunya adalah dengan memberikan dorongan dan dukungan terhadap segala hal yang dilakukan anak didik berkaitan dengan proses pembelajarannya.
Beri motivasi dan kesadaran atas masa depan yang ada di tangan mereka, bukan di guru ataupun orangtua.
Ya, kita memang harus segera memberi kesadaran kepada anak didik yang kehilangan semangat belajar sedemikian rupa sehingga mereka menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan kesalahan yang sangat fatal bagi kehidupan masa depan mereka sendiri. Jika mereka melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran di saat sekarang ini, maka taruhan yang harus mereka pasang adalah masa depan yang tentunya tidak menggembirakan bagi ke-hidupan mereka. Anak didik harus segera disadarkan atas peranannya di dalam proses pembelajaran yang bukan sebagai obyek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran. Dengan posisi seperti itu, maka setidaknya kita perlu memberikan dorongan semangat yang tidak terhingga kepada anak didik untuk menjalankan tugas dan kewajiban belajarnya sebaik-baiknya agar masa depan-nya tidak mengalami kesulitan.
Anak adalah pribadi yang masih dalam kondisi labil, setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama pada saat godaan hidup mendera mereka. Sementara kita mengetahui bahwa setiap saat kualitas dan kuantitas godaan hidup pada kehidupan kita sedemikian rupa sehingga seringkali mengharuskan kita untuk berjuang sekuat tenaga mengembalikan langkah pada tujuan hidup yang sesungguhnya. Dan, jika hal tersebut terjadi pada anak-anak, tentunya memberikan kondisi yang berbeda. Anak-anak yang dirinya masih labil mempunyai kecenderungan untuk selalu mengikuti apa yang dihadapi dalam hidup, mereka selalu mencoba dan mencoba untuk mengikuti setiap hal yang dianggapnya baru, bahkan mereka tidak menggubris apa yang ada di balik semua hal tersebut. Negatif ataupun positif bagi mereka tidak pernah jadi masalah, yang penting enjoy, just fun! Inilah yang seharusnya menjadi salah satu pertimbangan pokok dari semua orangtua, termasuk dalam hal ini guru untuk dapat memberikan motivasi positif bagi anak didik agar menyadari tugas dan kewajiban hidupnya, dalam hal ini belajar dengan sebaik-baiknya.
Masa depan anak didik adalah terletak di tangan anak didik, para guru hanyalah membantu untuk memperiapkan diri menghadapi msa depan tersebut. Dalam konteks ini tugas seorang guru tidak lebih dari membantu anak didik dalam mempersiapkan masa depannya. Bagaimana kondisi masa depan anak didik adalah tergantung pada bagaimana mereka mempersiapkan masa depan mereka di saat sekarang ini. Ibarat seseorang yang sedang menabung, maka kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh seorang anak didik merupakan proses menabung tersebut. Siapa yang melakukan proses menabung dengan sebaik-baiknya, maka pada akhirnya dia yang mendapatkan hasil terbanyak. Anak-anak yang memanfaatkan kesempatan belajarnya secara baik, pada akhrinya mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Tabungan yang dikumpulkannya menjadi semakin banyak dan berguna bagi kehidupannya di masa depannya.
Oleh karena itulah, kita harus secara intens memberikan dorongan yang berupa motivasi kepada anak didik sehingga anak didik mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran yang harus dijalaninya. Anak didik harus dibangkitkan semangat belajarnya sehingga dirinya terpacu untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran. Semangat belajar yang kita pompakan ke dalam hatinya merupakan tenaga yang sedemikian hebatnya sehingga dipercaya dapat mem-bangkitkan kepedulian anak terhadap tugas dan kewajiban utamanya dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat memerlukan motivasi sebab dari dalam dirinya sendiri masih belum kuat dorongan keberhasilan, melainkan hanyalah dorongan untuk menyenangkan diri semata.
Jika kita memberikan motivasi secara intens kepada anak didik, maka setidaknya di dalam hati anak didik tumbuh keinginan untuk mewujudkan semua dukung-an dan motivasi yang kita berikan sebagai branding dirinya dalam proses pem-belajaran. Sedangkan, branding merupakan nilai khusus yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dikonversi dengan berbagai kompensasi kehidupan yang tentunya sangat meembahagaiakan hati anak didik dan keluarga besarnya. Dengan branding diri yang berkualitas tentunya memberi nilai tambah bagi anak didik sehingga mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang yang berkepentingan dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang anak.
Motivasi yang kita berikan kepada anak didik pada dasarnya merupakan sebuah daya dorong untuk anak didik agar mampu mencapai suatu tingkatan kemampuan dalam mencapai kondisi tertentu atau mengubah kondisi tertentu. Motivasi ini dapat berupa hadiah (reward) atau penguatan terhadap apa yag didapatkan oleh anak didik. Dengan demikian, maka tumbuh kepercayaan pada diri anak didik dan hal tersebut dipercaya mampu menghadirkan kesadaran anak terhadap proses pembelajaran yang sebenarnya merupakan tugas dan tanggungjawab hidupnya. Belajar adalah kewajiban anak untuk mempersiapkan dirinya menghadapi setiap permasalahan yag ada di dalam kehidupan. Hal ini berkait dengan kenyataan bahwa jika anak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya, maka selanjutnya hal tersebut juga terjadi dalam kehidupannya.
Kita memang harus mampu membangkitkan semangat belajar anak didik dengan memberinya motivasi sehingga tumbuh semangat mempersiapkan masa depan yang gemilang bagi kehidupan dirinya dan keluarganya. Sebab hanya dengan membangkitkan semangat belajarnya, maka anak merasakan pentingnya belajar bagi kehidupan masa depannya. Bahwa mereka menyadari bahwa saat sekarang merupakan saat mempersiapkan segala sesuatu untuk masa depan.
Jika anak didik sudah menyadari peranannya dalam proses pembelajaran dan perannya dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik, maka setidaknya anak didik mengetahui bahwa sebenarnya mereka adalah subyek di dalam proses pembelajaran dan harus terus berusaha meningkatkan kemampu-an dirinya sehingga masa depannya lebih terjamin. Hal tersebut hanya dapat dicapai jika anak didik merasa termoivasi untuk berusaha mengembangkan kualitas dan potensi diriya untuk mempersiapkan masa depannya yang gemilang.
Sabtu, 16 Agustus 2008
Sikap Mental Pendukung Kemampuan Mental
Orang ingin berhasil di dalam kegiatannyam hidupnya. Demikian juga halnya dengan guru. Berbagai cara dilakukan agar kegiatan pembelajaran berhasil.
Dan, keberhasilan adalah tujuan yang sangat membahagiakan, sekaligus membanggakan bagi guru. Indikasi keberhasilan guru di dalam proses pembel-ajaran adalah terpenuhinya target kurikulum atau standar kelulusan minimal yang ditentukan untuk setiap kompetensi dasar (KD).
Oleh karena itulah, maka guru berusaha menerapkan berbagai metode untuk memberikan kemudahan siswanya dalam belajar. Berbagai teknologi pendidikan diterapkan di dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya adalah tugas pokok seorang guru.
Pada awalnya kita yakin bahwa setiap orang dapat kita ubah kompeten-sinya melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Tetapi ternyata hal tersebut berbenturan dengan kenyataan bahwa setiap orang mempunyai tingkatan kom-petensi yang berbeda.
Kompetensi setiap guru tidak sama dan berakibat pada variasi hasil yang berbedapula, sebab cara dan kemampuan mengelola proses pembelajaran yang berbeda. Ada guru yang begitu mudah melaksanakan proses pembelajaran dan berhasil dengan gemilang, walau kompetensinya termasuk rendah. Tetapi, ada juga guru yang tidak berhasil dalam proses pembelajarannya, meskipun kompetensi dirinya tinggi, pintar.
Memang tidak seluruhnya seperti itu, tapi setidaknya ada guru pintar yang ternyata tidak berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran yang menjadi kewajibannya. Para siswanya tidak dapat mengikuti pola pemikiran guru sehingga berdampak pada kegagalan proses.
Kita tidak dapat merahasiakan hal tersebut karena hal tersebut memang ada. Artinya ada guru yang pintar tetapi tidak pintar dalam mengajar di kelas. Mereka mengajar hanya untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa siswanya tidak mengerti, memahami hal yang diajarkannya.
Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Dimana letak kesalahan sehingga proses pembelajaran tidak efektif dan gagal?
Tentunya jika kita mencoba menguraikan pokok permasalahan ini, maka cukup banak aspek krusial. Masalah pendidikan dan pembelajaran memang masalah yang krusial. Pada setiap aspeknya mengandung permasalahan yang cukup rumit. Tidak jarang masing-masing masalah saling terkait sehingga kita tidak dapat menyelesaikan satu masalah tanpa menyelesaikan masalah yang lainnya.
Tetapi, hal tersebut bukan berarti kita berputus asa dan menerima semua akibat begitu saja. Tidak mungkin kita bersikap seperti itu. Kita sedang mem-proses, maka setiap permasalahannya muncul harus dihadapi dan diselesaikan secara smart.
Sebagai seorang guru, maka keberhasilan siswa adalah hal terpenting yang selalu mendorong guru memberikan proses pembelajaran secara maksimal. Bahkan, setap saat guru selalu meningkatkan kemampuan dirinya dengan ber-bagai diklat yang relevan. Bahkan berbagai buku ‘disantap’ dan diperas isinya agar dapat meningkatkan kuaitas diri.
Kita harus mengakui bahwa saat seseorang terjun pada sebuah profesi, maka berbagai persiapan dilakukan untuk kelancaran tugasnya. Begitu juga halnya dengan profesi guru. Dalam hal ini tentunya, yang terutama adalah penguasaan materi pelajaran yang akan diberikan kepada pada siswanya.
Kesiapan materi merupakan syarat utama bagi guru saat melaksanakan tugas pembelajarannya sebab materi pelajaran adalah bahan yang akan diberikan pada siswa. Kita dapat menganalisa hal yang terjadi jika seorang guru tidak menguasai materi pelajaran! Dia pasti menjadi ‘tukang jamu’ yang berteriak di tengah kerumunan, lingkaran orang, tetapi sama sekali materinya tidak berguna! Dan, untuk dapat mempersiapkan materi dengan sebaik-baiknya, maka seorang guru harus mampu mempersiapkan mental, konsep mental dan sikap mentalnya dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru.
Untuk itulah, maka beberapa hal perlu dilakukan oleh guru, yaitu:
a. Menetapkan konsep mental
Konsep mental adalah pola pemikiran yang ditumbuhkan di dalam hati seseorang dalam mencapai tujuan. Konsep mental itu dibentuk di dalam pikiran dan hati seseorang sehingga secara jelas menjadi visi hidup.
Konsep mental dapat juga diartikan sebagai pola wawasan seseorang terhadap segala tujuan hidupnya. Ini adalah peta pikiran seseorang terkait tujuan yang hendak dicapai.
Bahwa di dalam kehidupan ini, semua adalah sebuah organisasi, sehingga sangat perlu menerapkan konsep POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling). Inilah bagian dari konsep mental yang perlu kita tetapkan untuk keberhasilan proses.
Setiap orang pribadi adalah organisasi, bahkan dapat kita katakan organisasi terbesar sebab sangat kompleks dengan berbagai visi dan misi. Organisasi diri membutuhkan pengelolaan yang baik jika ingin mencapai keberhasilan. Disinilah, POAC kita terapkan.
Oleh karena itulah, seorang guru sangat perlu menetapkan konsep ental agar aspek POAC di dalam dirinya dapat tersistemasi dan sinergis dengan segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuannya.
Guru harus dapat menetapkan konsep mental pada dirinya sehingga jelas tergambar hal-hal yang harus dilakukan, agar tumbuh dorongan untk mencapai tujuan pembelajarannya. Konsep mental ini adalah jalur yang harus dilalui menuju keberhasilan proses.
Proses pembelajaran adalah suatu system, maka pola pembelajarannya-pun harus sistematis, baik dalam berpikir, bertindak dan dalam segala langkah. Karenanya, semua perlu dilandasi dengan konsep yang pas, yaitu konsep yag benar-benar mampu memberikan gambaran dan garis-garis atau jalur-jalur yang pasti menuju pada tujuan utama, yaitu keberhasilan dalam pembelajaran.
Konsep mental menjadi aspek penting bagi proses mencapai tujuan sebab pada konsep inilah kita susun program atau planning utama dari organisasi diri kita. Dengan konsep mental kita secara jelas dapat mengetahui segala aspek terkait pencapaian tujuan.
b. Membangun sikap mental positif
Sikap mental itu adalah cara kita menghadapi permasalahan dalam hidup. Sikap ini selanjutnya menumbuhkan rasa positif atau negatif ter-hadap segala hal.
Tugas kita adalah membangun sikap mental positif dalam diri kita sehingga terjadi kepercayaan atas kemampuan diri. Begitu juga pada siswa yang kita bimbing. Sikap mental sangat menentukan langkah yang harus kita lakukan saat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi segala kegiatan kita.
Sikap mental menjadi indikator bagi suatu keberhasilan program. Setidak-nya dengan sikap mental yang sesuai dengan keinginan, maka kemung-kinan tercapainya program cukup besar. Setiap orang yang bersikap mental positif seringkali mampu menghadapi segala kejadian hidup dengan prosentase keberhasilan tinggi.
Hal ini karena sikap mental positif menjadi sebuah motivasi inert yang sangat besar sehingga mendorong seseorang untuk mencapai keberhasil-annya. Sikap mental positif adalah sebuah kepercayaan dan kepercayaan adalah sebuah main power yang sangat menentukan tingkat keberhasilan. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa kepercayaan adalah lebih separoh dari kemungkinan keberhasilan! Artinya sebelum melakukan sesuatu, jika kita mempunyai kepercayaan tinggi, itu artinya kita sudah mencapai separih dari keberhasilan maksimalnya.
Tetapi bagi orang-orang yang bersikap mental negatif, seringkali meng-alami kegagalan yang cukup tragis. Mereka sudah gagal sebelum melak-sanakan kegiatan konkrit. Ini merupakan suatu sikap yang salah. Oleh karena itulah, setiap orang selalu menasehati orang lain untuk tidak memasang sikap mental negatif di dalam kehidupannya.
Sikap mental negatif itu semacam virus yang ada di sirkuit komputer. Setiap kali komputer dinyalakan dan program dijalankan, maka dengan leluasa virus segera menjalar ke seluruh program di dalm sirkuit kom-puter tersebut. Tentunya jika hal seperti itu terjadi, maka segala program yang sudah kita susun berantakan.
Begitulah kemampuan virus sikap mental negatif menyerang diri kita. Saat virus menguasai kinerja otak kita, maka berakibat pada turunnya kemampuan - kemampuan yang kita miliki sebelumnya. Apalagi jika sebelumnya kita tidak mempunyai kemampuan!
Oleh karena itulah, maka membangun sikap mental positif adalah hal penting yang harus dilakukan oleh guru agar proses pemelajaran dapat berhasil. Sikap mental positif seorang guru merupakan modal tak ternilai bagi keberhasilan siswanya. Jika guru tidak memiliki sikap mental positif, bagaimana dia dapat membawa sikap mental siswa-siswanya? Guru yang tidak mempunyai sikap mental positif sama artinya dengan guru yang tidak mempunyai kepercayaan diri! Dari ini kita dapat bayangkan bagaimana orang yang tidak mempunyai kepercayaan diri dapat meng-arahkan orang lain mencapai tujuan hidupnya?! Mau dibawa kemana anak didik kita?!
Konsep mental dan sikap mental merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dimiliki oleh semua guru, bahkan semua orang yang ingin berhasil. Konsep mental menjadi suatu landasan yang kokoh bagi sikap mental seseorang.
Kedua hal ini sangat menentukan tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Tentunya hal tersebut menuntut adanya komitmen yang pasti dari setiap orang. Komitmen inilah yang selanjutnya menjadikan setiap orang wajib menekankan sikap pada konsekuensi tinggi.
Sementara itu, kita perlu menyadari bahwa tingkat kemajuan setiap orang di dalam membangun konsep mental positif dan mewujudkan dalam sikap mental positifnya. Sikap mental positif tidak tiba-tiba dating begitu saja. Semua membutuhkan proses yang cukup panjang. Dan, semua itu tergantung pada tingkat keseriusan kita dalam memposisikan niat kita.
Proses konstruksi tersebut melalui beberapa konsep, yaitu sugestif, inner power dan inner motivation serta extern power dan extern motivation. Hal hal tersebut merupakan aspek penting untuk membentuk konsep mental dan sekaligus sikap mental positif.
Selanjutnya, bagaimana peran aktif kita di dalam upaya mencapai keber-hasilan berdasarkan pada konsep dan sikap mental positif. Hal ini penting bagi pengembangan dan perkembangan pembelajaran.
Setidaknya di dalam hal ini, kita harus mampu membangun suatu kondisi di hati siswa dan juga para guru sehingga termotivasi untuk kesadaran atas posisi mental positif terhadap konsep-konsep kehidupan yang akan dijalani
Mensinergiskan konsep metal dengan sikap mental
Seperti kita ketahui,konsep mental dan sikap mental adalah dua hal yang saling terkait sehingga eksistensinya merupakan sebuah biimplikasi.
Ketika seseorang mengembangkan konsep mental di dalam dirinya, maka ha tersebut akan sangat percuma jika tidak ditindaklanjuti dengan sikap mental yang sama.
Mental aalah sebuah ranah yang penting bagi kelangsungan hidup seseorang. Dengan mental, maka kita dapat menentukan nilai-nilai yang harus diterapkan untuk kehidupan serta hal-hal yang harus dihindarkan dari kehidup-an.
Dengan demikian, maka konsep mental adalah segala hal yang kita susun dan rencanakan untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Konsep inilah yang mejadi dasar dari segala kegiatan hidup yang kita lakukan. Dan, tentunya kita harus selalu menerapkan agar hidup kita tidak terlalu menimpang dari ketentu-an dasar yang harus dilakukan.
Begitulah pentingnya konsep metal bagi kehidupan kita sehingga setiap orang harus mampu mengelola mentalnya sedemikian rupa sehingga menum-buhkan konsep kehidupan yang berbasis pada mental dirinya.
Sementara sikap mental merupakan suatu upaya untuk mengimplemen-tasikan konsep pada langkah konkrit yang lebih dekat pada pencapaian tujuan, goal kehidupan. Sikap mental ini selajutnya menjadi sebuah aksi nyata yang dilakukan oleh manusia.
Dengan sikap mental yang sesuai dengan konsepnya, maka tentunya proses pencapaian tujuan dapat lebih dikonsenkan dan lebih dapat diukur, di-perkirakan tingkat pencapaiannya.
Oleh karena itulah, maka untuk dapat mencapai tujuan hidup maksimal, maka perlu dibangun kesinergisan antara konsep mental dengan sikap mental positif di hati setiap orang, guru.
Boleh saja seseorang mempunyai konsep mental yang bagus, tetapi jika tidak dibarengi dengan sikap mental yang bagus juga, tentunya segala konsep tersebut hanya menjadi wacana yang tidak berarti. Kehidupanpun akan menjadi pincang, tidak lagi sigap sebab selalu terjadi pertentangan di dalam hati se-seorang terkait dengan hal-hal yang hendak dilakukannya.
Bagaimana sebuah program dapat terlaksana baik dan membawa pada keberhasilan jika ternyata orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak mem-punyai tingkat konsistensi yang tinggi pada konsep dan sikap mental saat ber-tindak?
Orang sudah menyusun konsep untuk mencapai keberhasilan belajar secara maksimal, tetapi sikapnya sama sekali tidak menggambarkan hal-hal yang terkait dengan proses pencapaian konsep, apa yang dapat dicapai? Nol besar!!
Maka segera sinkronkan dan sinergiskan kondisi konsep mental dengan sikap mental agar program hidup dapat dicapai maksimal. Semoga!
Dan, keberhasilan adalah tujuan yang sangat membahagiakan, sekaligus membanggakan bagi guru. Indikasi keberhasilan guru di dalam proses pembel-ajaran adalah terpenuhinya target kurikulum atau standar kelulusan minimal yang ditentukan untuk setiap kompetensi dasar (KD).
Oleh karena itulah, maka guru berusaha menerapkan berbagai metode untuk memberikan kemudahan siswanya dalam belajar. Berbagai teknologi pendidikan diterapkan di dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya adalah tugas pokok seorang guru.
Pada awalnya kita yakin bahwa setiap orang dapat kita ubah kompeten-sinya melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Tetapi ternyata hal tersebut berbenturan dengan kenyataan bahwa setiap orang mempunyai tingkatan kom-petensi yang berbeda.
Kompetensi setiap guru tidak sama dan berakibat pada variasi hasil yang berbedapula, sebab cara dan kemampuan mengelola proses pembelajaran yang berbeda. Ada guru yang begitu mudah melaksanakan proses pembelajaran dan berhasil dengan gemilang, walau kompetensinya termasuk rendah. Tetapi, ada juga guru yang tidak berhasil dalam proses pembelajarannya, meskipun kompetensi dirinya tinggi, pintar.
Memang tidak seluruhnya seperti itu, tapi setidaknya ada guru pintar yang ternyata tidak berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran yang menjadi kewajibannya. Para siswanya tidak dapat mengikuti pola pemikiran guru sehingga berdampak pada kegagalan proses.
Kita tidak dapat merahasiakan hal tersebut karena hal tersebut memang ada. Artinya ada guru yang pintar tetapi tidak pintar dalam mengajar di kelas. Mereka mengajar hanya untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa siswanya tidak mengerti, memahami hal yang diajarkannya.
Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Dimana letak kesalahan sehingga proses pembelajaran tidak efektif dan gagal?
Tentunya jika kita mencoba menguraikan pokok permasalahan ini, maka cukup banak aspek krusial. Masalah pendidikan dan pembelajaran memang masalah yang krusial. Pada setiap aspeknya mengandung permasalahan yang cukup rumit. Tidak jarang masing-masing masalah saling terkait sehingga kita tidak dapat menyelesaikan satu masalah tanpa menyelesaikan masalah yang lainnya.
Tetapi, hal tersebut bukan berarti kita berputus asa dan menerima semua akibat begitu saja. Tidak mungkin kita bersikap seperti itu. Kita sedang mem-proses, maka setiap permasalahannya muncul harus dihadapi dan diselesaikan secara smart.
Sebagai seorang guru, maka keberhasilan siswa adalah hal terpenting yang selalu mendorong guru memberikan proses pembelajaran secara maksimal. Bahkan, setap saat guru selalu meningkatkan kemampuan dirinya dengan ber-bagai diklat yang relevan. Bahkan berbagai buku ‘disantap’ dan diperas isinya agar dapat meningkatkan kuaitas diri.
Kita harus mengakui bahwa saat seseorang terjun pada sebuah profesi, maka berbagai persiapan dilakukan untuk kelancaran tugasnya. Begitu juga halnya dengan profesi guru. Dalam hal ini tentunya, yang terutama adalah penguasaan materi pelajaran yang akan diberikan kepada pada siswanya.
Kesiapan materi merupakan syarat utama bagi guru saat melaksanakan tugas pembelajarannya sebab materi pelajaran adalah bahan yang akan diberikan pada siswa. Kita dapat menganalisa hal yang terjadi jika seorang guru tidak menguasai materi pelajaran! Dia pasti menjadi ‘tukang jamu’ yang berteriak di tengah kerumunan, lingkaran orang, tetapi sama sekali materinya tidak berguna! Dan, untuk dapat mempersiapkan materi dengan sebaik-baiknya, maka seorang guru harus mampu mempersiapkan mental, konsep mental dan sikap mentalnya dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru.
Untuk itulah, maka beberapa hal perlu dilakukan oleh guru, yaitu:
a. Menetapkan konsep mental
Konsep mental adalah pola pemikiran yang ditumbuhkan di dalam hati seseorang dalam mencapai tujuan. Konsep mental itu dibentuk di dalam pikiran dan hati seseorang sehingga secara jelas menjadi visi hidup.
Konsep mental dapat juga diartikan sebagai pola wawasan seseorang terhadap segala tujuan hidupnya. Ini adalah peta pikiran seseorang terkait tujuan yang hendak dicapai.
Bahwa di dalam kehidupan ini, semua adalah sebuah organisasi, sehingga sangat perlu menerapkan konsep POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling). Inilah bagian dari konsep mental yang perlu kita tetapkan untuk keberhasilan proses.
Setiap orang pribadi adalah organisasi, bahkan dapat kita katakan organisasi terbesar sebab sangat kompleks dengan berbagai visi dan misi. Organisasi diri membutuhkan pengelolaan yang baik jika ingin mencapai keberhasilan. Disinilah, POAC kita terapkan.
Oleh karena itulah, seorang guru sangat perlu menetapkan konsep ental agar aspek POAC di dalam dirinya dapat tersistemasi dan sinergis dengan segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuannya.
Guru harus dapat menetapkan konsep mental pada dirinya sehingga jelas tergambar hal-hal yang harus dilakukan, agar tumbuh dorongan untk mencapai tujuan pembelajarannya. Konsep mental ini adalah jalur yang harus dilalui menuju keberhasilan proses.
Proses pembelajaran adalah suatu system, maka pola pembelajarannya-pun harus sistematis, baik dalam berpikir, bertindak dan dalam segala langkah. Karenanya, semua perlu dilandasi dengan konsep yang pas, yaitu konsep yag benar-benar mampu memberikan gambaran dan garis-garis atau jalur-jalur yang pasti menuju pada tujuan utama, yaitu keberhasilan dalam pembelajaran.
Konsep mental menjadi aspek penting bagi proses mencapai tujuan sebab pada konsep inilah kita susun program atau planning utama dari organisasi diri kita. Dengan konsep mental kita secara jelas dapat mengetahui segala aspek terkait pencapaian tujuan.
b. Membangun sikap mental positif
Sikap mental itu adalah cara kita menghadapi permasalahan dalam hidup. Sikap ini selanjutnya menumbuhkan rasa positif atau negatif ter-hadap segala hal.
Tugas kita adalah membangun sikap mental positif dalam diri kita sehingga terjadi kepercayaan atas kemampuan diri. Begitu juga pada siswa yang kita bimbing. Sikap mental sangat menentukan langkah yang harus kita lakukan saat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi segala kegiatan kita.
Sikap mental menjadi indikator bagi suatu keberhasilan program. Setidak-nya dengan sikap mental yang sesuai dengan keinginan, maka kemung-kinan tercapainya program cukup besar. Setiap orang yang bersikap mental positif seringkali mampu menghadapi segala kejadian hidup dengan prosentase keberhasilan tinggi.
Hal ini karena sikap mental positif menjadi sebuah motivasi inert yang sangat besar sehingga mendorong seseorang untuk mencapai keberhasil-annya. Sikap mental positif adalah sebuah kepercayaan dan kepercayaan adalah sebuah main power yang sangat menentukan tingkat keberhasilan. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa kepercayaan adalah lebih separoh dari kemungkinan keberhasilan! Artinya sebelum melakukan sesuatu, jika kita mempunyai kepercayaan tinggi, itu artinya kita sudah mencapai separih dari keberhasilan maksimalnya.
Tetapi bagi orang-orang yang bersikap mental negatif, seringkali meng-alami kegagalan yang cukup tragis. Mereka sudah gagal sebelum melak-sanakan kegiatan konkrit. Ini merupakan suatu sikap yang salah. Oleh karena itulah, setiap orang selalu menasehati orang lain untuk tidak memasang sikap mental negatif di dalam kehidupannya.
Sikap mental negatif itu semacam virus yang ada di sirkuit komputer. Setiap kali komputer dinyalakan dan program dijalankan, maka dengan leluasa virus segera menjalar ke seluruh program di dalm sirkuit kom-puter tersebut. Tentunya jika hal seperti itu terjadi, maka segala program yang sudah kita susun berantakan.
Begitulah kemampuan virus sikap mental negatif menyerang diri kita. Saat virus menguasai kinerja otak kita, maka berakibat pada turunnya kemampuan - kemampuan yang kita miliki sebelumnya. Apalagi jika sebelumnya kita tidak mempunyai kemampuan!
Oleh karena itulah, maka membangun sikap mental positif adalah hal penting yang harus dilakukan oleh guru agar proses pemelajaran dapat berhasil. Sikap mental positif seorang guru merupakan modal tak ternilai bagi keberhasilan siswanya. Jika guru tidak memiliki sikap mental positif, bagaimana dia dapat membawa sikap mental siswa-siswanya? Guru yang tidak mempunyai sikap mental positif sama artinya dengan guru yang tidak mempunyai kepercayaan diri! Dari ini kita dapat bayangkan bagaimana orang yang tidak mempunyai kepercayaan diri dapat meng-arahkan orang lain mencapai tujuan hidupnya?! Mau dibawa kemana anak didik kita?!
Konsep mental dan sikap mental merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dimiliki oleh semua guru, bahkan semua orang yang ingin berhasil. Konsep mental menjadi suatu landasan yang kokoh bagi sikap mental seseorang.
Kedua hal ini sangat menentukan tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Tentunya hal tersebut menuntut adanya komitmen yang pasti dari setiap orang. Komitmen inilah yang selanjutnya menjadikan setiap orang wajib menekankan sikap pada konsekuensi tinggi.
Sementara itu, kita perlu menyadari bahwa tingkat kemajuan setiap orang di dalam membangun konsep mental positif dan mewujudkan dalam sikap mental positifnya. Sikap mental positif tidak tiba-tiba dating begitu saja. Semua membutuhkan proses yang cukup panjang. Dan, semua itu tergantung pada tingkat keseriusan kita dalam memposisikan niat kita.
Proses konstruksi tersebut melalui beberapa konsep, yaitu sugestif, inner power dan inner motivation serta extern power dan extern motivation. Hal hal tersebut merupakan aspek penting untuk membentuk konsep mental dan sekaligus sikap mental positif.
Selanjutnya, bagaimana peran aktif kita di dalam upaya mencapai keber-hasilan berdasarkan pada konsep dan sikap mental positif. Hal ini penting bagi pengembangan dan perkembangan pembelajaran.
Setidaknya di dalam hal ini, kita harus mampu membangun suatu kondisi di hati siswa dan juga para guru sehingga termotivasi untuk kesadaran atas posisi mental positif terhadap konsep-konsep kehidupan yang akan dijalani
Mensinergiskan konsep metal dengan sikap mental
Seperti kita ketahui,konsep mental dan sikap mental adalah dua hal yang saling terkait sehingga eksistensinya merupakan sebuah biimplikasi.
Ketika seseorang mengembangkan konsep mental di dalam dirinya, maka ha tersebut akan sangat percuma jika tidak ditindaklanjuti dengan sikap mental yang sama.
Mental aalah sebuah ranah yang penting bagi kelangsungan hidup seseorang. Dengan mental, maka kita dapat menentukan nilai-nilai yang harus diterapkan untuk kehidupan serta hal-hal yang harus dihindarkan dari kehidup-an.
Dengan demikian, maka konsep mental adalah segala hal yang kita susun dan rencanakan untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Konsep inilah yang mejadi dasar dari segala kegiatan hidup yang kita lakukan. Dan, tentunya kita harus selalu menerapkan agar hidup kita tidak terlalu menimpang dari ketentu-an dasar yang harus dilakukan.
Begitulah pentingnya konsep metal bagi kehidupan kita sehingga setiap orang harus mampu mengelola mentalnya sedemikian rupa sehingga menum-buhkan konsep kehidupan yang berbasis pada mental dirinya.
Sementara sikap mental merupakan suatu upaya untuk mengimplemen-tasikan konsep pada langkah konkrit yang lebih dekat pada pencapaian tujuan, goal kehidupan. Sikap mental ini selajutnya menjadi sebuah aksi nyata yang dilakukan oleh manusia.
Dengan sikap mental yang sesuai dengan konsepnya, maka tentunya proses pencapaian tujuan dapat lebih dikonsenkan dan lebih dapat diukur, di-perkirakan tingkat pencapaiannya.
Oleh karena itulah, maka untuk dapat mencapai tujuan hidup maksimal, maka perlu dibangun kesinergisan antara konsep mental dengan sikap mental positif di hati setiap orang, guru.
Boleh saja seseorang mempunyai konsep mental yang bagus, tetapi jika tidak dibarengi dengan sikap mental yang bagus juga, tentunya segala konsep tersebut hanya menjadi wacana yang tidak berarti. Kehidupanpun akan menjadi pincang, tidak lagi sigap sebab selalu terjadi pertentangan di dalam hati se-seorang terkait dengan hal-hal yang hendak dilakukannya.
Bagaimana sebuah program dapat terlaksana baik dan membawa pada keberhasilan jika ternyata orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak mem-punyai tingkat konsistensi yang tinggi pada konsep dan sikap mental saat ber-tindak?
Orang sudah menyusun konsep untuk mencapai keberhasilan belajar secara maksimal, tetapi sikapnya sama sekali tidak menggambarkan hal-hal yang terkait dengan proses pencapaian konsep, apa yang dapat dicapai? Nol besar!!
Maka segera sinkronkan dan sinergiskan kondisi konsep mental dengan sikap mental agar program hidup dapat dicapai maksimal. Semoga!
Lama Aku HiLang WaKtu
Ya, sukup lama aku kehilangan waktu untuk sekedar berleha menyambangi rumahku di sini. Rasanya tugas keseharian yang begitu membelit menjadikan aku seperti akar-akar yang terus saja berkutat pada tempat-tempat yang sama sebab di ujungnya terbentur pada dinding keras yang tak sanggup kutembus.
Dan, sekarang aku ada sedikit waktu untku sisihkan tulisan, walau sejak siang aku sibuk mempersiapkan segala kebutuhan terkait dengan kegiatan menjelang peringatan 17-an. Duh, rasanya penat sudah menghancurkan seluruh bagian tubuhku. Tulang-tulangku sudha tidak dapat kugerakkan lagi. Tapi aku merasa ingin mengutarakan apa yang ingin kuutarakan, maka aku menulis di saat ini.
Dan, sekarang aku ada sedikit waktu untku sisihkan tulisan, walau sejak siang aku sibuk mempersiapkan segala kebutuhan terkait dengan kegiatan menjelang peringatan 17-an. Duh, rasanya penat sudah menghancurkan seluruh bagian tubuhku. Tulang-tulangku sudha tidak dapat kugerakkan lagi. Tapi aku merasa ingin mengutarakan apa yang ingin kuutarakan, maka aku menulis di saat ini.
Langganan:
Postingan (Atom)