Proses belajar merupakan proses menghadapi permasalahan krusial dan harus dapat diselesaikan oleh peserta didik dalam selang waktu tertentu. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan tertentu dari peserta didik agar kegiatan tersebut dapat dijalani secara maksimal. Sementara kita menyadari bahwa kemampuan setiap anak didik tidaklah sama sehingga terkadang kondisi tersebut menjadikan suasana yang negatif di dalam diri anak-anak didik.
Perbedaan kemampuan menerima dan memahami konsep-konsep yang terdapat di dalam materi pemelajaran menjadikan anak-anak memposisikan diri yang kadangkala sangat menyulitkan guru dalam melaksanakan tugas pembel-ajarannya. Anak-anak yang berkemampuan tinggi menempatkan posisi giat belajar, sedangkan anak-anak dengan kemampuan rendah seringkali memposisi-kan diri pada sikap malas yang sedemikian rupa. Jika anak didik kita mem-punyai kemampuan di atas rata-rata, tentunya bukan permasalahan yang sulit untuk meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran. Tetapi, jika kemampuan anak didik kita justru dibawah rata-rata atau ada beberapa anak yang kemam-puannya di bahwa teman-temannya, maka hal tersebut menumbuhkan sikap enggan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Jika kita menghadapi kondisi anak didik seperti ini, maka harus tanggap dan melakukan langkah nyata untuk memperbaiki kondisi dan membangkitkan semangat belajar anak didik. Bagaimanapun kita tidak menginginkan anak didik kita mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran yang kita pandu. Kita tidak berkeinginan anak didik mengalami kegagalan sehingga apapun bakal kita lakukan agar anak didik dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pemelajaran yang kita berikan pada mereka. Berbagai cara kita lakukan agar anak didik terpikat mengikuti proses pembelajaran kita, salah satunya adalah dengan memberikan dorongan dan dukungan terhadap segala hal yang dilakukan anak didik berkaitan dengan proses pembelajarannya.
Beri motivasi dan kesadaran atas masa depan yang ada di tangan mereka, bukan di guru ataupun orangtua.
Ya, kita memang harus segera memberi kesadaran kepada anak didik yang kehilangan semangat belajar sedemikian rupa sehingga mereka menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan kesalahan yang sangat fatal bagi kehidupan masa depan mereka sendiri. Jika mereka melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran di saat sekarang ini, maka taruhan yang harus mereka pasang adalah masa depan yang tentunya tidak menggembirakan bagi ke-hidupan mereka. Anak didik harus segera disadarkan atas peranannya di dalam proses pembelajaran yang bukan sebagai obyek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran. Dengan posisi seperti itu, maka setidaknya kita perlu memberikan dorongan semangat yang tidak terhingga kepada anak didik untuk menjalankan tugas dan kewajiban belajarnya sebaik-baiknya agar masa depan-nya tidak mengalami kesulitan.
Anak adalah pribadi yang masih dalam kondisi labil, setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama pada saat godaan hidup mendera mereka. Sementara kita mengetahui bahwa setiap saat kualitas dan kuantitas godaan hidup pada kehidupan kita sedemikian rupa sehingga seringkali mengharuskan kita untuk berjuang sekuat tenaga mengembalikan langkah pada tujuan hidup yang sesungguhnya. Dan, jika hal tersebut terjadi pada anak-anak, tentunya memberikan kondisi yang berbeda. Anak-anak yang dirinya masih labil mempunyai kecenderungan untuk selalu mengikuti apa yang dihadapi dalam hidup, mereka selalu mencoba dan mencoba untuk mengikuti setiap hal yang dianggapnya baru, bahkan mereka tidak menggubris apa yang ada di balik semua hal tersebut. Negatif ataupun positif bagi mereka tidak pernah jadi masalah, yang penting enjoy, just fun! Inilah yang seharusnya menjadi salah satu pertimbangan pokok dari semua orangtua, termasuk dalam hal ini guru untuk dapat memberikan motivasi positif bagi anak didik agar menyadari tugas dan kewajiban hidupnya, dalam hal ini belajar dengan sebaik-baiknya.
Masa depan anak didik adalah terletak di tangan anak didik, para guru hanyalah membantu untuk memperiapkan diri menghadapi msa depan tersebut. Dalam konteks ini tugas seorang guru tidak lebih dari membantu anak didik dalam mempersiapkan masa depannya. Bagaimana kondisi masa depan anak didik adalah tergantung pada bagaimana mereka mempersiapkan masa depan mereka di saat sekarang ini. Ibarat seseorang yang sedang menabung, maka kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh seorang anak didik merupakan proses menabung tersebut. Siapa yang melakukan proses menabung dengan sebaik-baiknya, maka pada akhirnya dia yang mendapatkan hasil terbanyak. Anak-anak yang memanfaatkan kesempatan belajarnya secara baik, pada akhrinya mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Tabungan yang dikumpulkannya menjadi semakin banyak dan berguna bagi kehidupannya di masa depannya.
Oleh karena itulah, kita harus secara intens memberikan dorongan yang berupa motivasi kepada anak didik sehingga anak didik mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran yang harus dijalaninya. Anak didik harus dibangkitkan semangat belajarnya sehingga dirinya terpacu untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran. Semangat belajar yang kita pompakan ke dalam hatinya merupakan tenaga yang sedemikian hebatnya sehingga dipercaya dapat mem-bangkitkan kepedulian anak terhadap tugas dan kewajiban utamanya dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat memerlukan motivasi sebab dari dalam dirinya sendiri masih belum kuat dorongan keberhasilan, melainkan hanyalah dorongan untuk menyenangkan diri semata.
Jika kita memberikan motivasi secara intens kepada anak didik, maka setidaknya di dalam hati anak didik tumbuh keinginan untuk mewujudkan semua dukung-an dan motivasi yang kita berikan sebagai branding dirinya dalam proses pem-belajaran. Sedangkan, branding merupakan nilai khusus yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dikonversi dengan berbagai kompensasi kehidupan yang tentunya sangat meembahagaiakan hati anak didik dan keluarga besarnya. Dengan branding diri yang berkualitas tentunya memberi nilai tambah bagi anak didik sehingga mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang yang berkepentingan dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang anak.
Motivasi yang kita berikan kepada anak didik pada dasarnya merupakan sebuah daya dorong untuk anak didik agar mampu mencapai suatu tingkatan kemampuan dalam mencapai kondisi tertentu atau mengubah kondisi tertentu. Motivasi ini dapat berupa hadiah (reward) atau penguatan terhadap apa yag didapatkan oleh anak didik. Dengan demikian, maka tumbuh kepercayaan pada diri anak didik dan hal tersebut dipercaya mampu menghadirkan kesadaran anak terhadap proses pembelajaran yang sebenarnya merupakan tugas dan tanggungjawab hidupnya. Belajar adalah kewajiban anak untuk mempersiapkan dirinya menghadapi setiap permasalahan yag ada di dalam kehidupan. Hal ini berkait dengan kenyataan bahwa jika anak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya, maka selanjutnya hal tersebut juga terjadi dalam kehidupannya.
Kita memang harus mampu membangkitkan semangat belajar anak didik dengan memberinya motivasi sehingga tumbuh semangat mempersiapkan masa depan yang gemilang bagi kehidupan dirinya dan keluarganya. Sebab hanya dengan membangkitkan semangat belajarnya, maka anak merasakan pentingnya belajar bagi kehidupan masa depannya. Bahwa mereka menyadari bahwa saat sekarang merupakan saat mempersiapkan segala sesuatu untuk masa depan.
Jika anak didik sudah menyadari peranannya dalam proses pembelajaran dan perannya dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik, maka setidaknya anak didik mengetahui bahwa sebenarnya mereka adalah subyek di dalam proses pembelajaran dan harus terus berusaha meningkatkan kemampu-an dirinya sehingga masa depannya lebih terjamin. Hal tersebut hanya dapat dicapai jika anak didik merasa termoivasi untuk berusaha mengembangkan kualitas dan potensi diriya untuk mempersiapkan masa depannya yang gemilang.
Minggu, 17 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar