Proses pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya adalah sebuah proses perubahan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan terbaik. Dengan proses pendidikan dan pembelajaran, maka seseorang yang mempunyai kelemahan dan kekurangan atas aspek tertentu dapat melakukan proses replikasi kondisi sehingga terbaik.
Dan, untuk mencapai tingkat perubahan yang diinginkan, maka sese-orang harus menerima bimbingan dari orang lain. Bimbingan ini merupakan salah satu cara terefektif untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan. Tambahan inilah yang selanjutnya menjadikan adanya perubahan di diri anak didik.
Tentunya di dalam hal ini kita tidak dapat secara menyeluruh bergantung pada guru untuk melakukan proses perubahan pada anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional maupun harapan masing-masing pribadi.
Sebagai seorang agen perubahan, maka eksistensi guru menjadi sangat penting sebab dengan adanya guru, maka proses perubahan dapat dialami oleh anak didik secara sistematis dan terbimbing. Perubahan memang dapat terjadi pada siapapun, tetapi perubahan yang terstruktur dan sistemik tidak dapat terjadi begitu saja.
Terkait dalam kondisi tersebut, maka peranan guru tidak hanya sebagai fasilitator, melainkan juga sebagai innovator, dinamisator, kreator, adaptor dan katalisator.
Guru adalah Inovator
Pola kehidupan selalu mengalami perubahan sebab kehidupan memang seuah proses yang dinamis. Dinamisasi pola kehidupan seringkali jauh melebihi kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh seseorang sehingga seringkali terjadi satu atau beberapa perbedaan sehingga muncul friksi/ gesekan yang pada akhirnya menjadikan perbedaan konsep.
Dan, anak didik adalah sosok yang belum stabil dalam segala aspek sehingga setiap kali menghadapi persoalan dalam hidup atau proses hidup, maka sebuah teladan bagus agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itulah, maka eksistensi guru sebagai innovator kegiatan, khususnya dalam pola pembelajaran sangat diperlukan.
Kehidupan yang dinamis memberikan konsekuensi logis yang menuntut setiap orang untuk memberikan sesuatu yang baru sehingga selalu sejalan dengan perkembangan pola kehidupan.
Guru adalah innovator dalam segala hal. Guru harus mempunyai banyak inovasi, khususnya terkait dengan kegiatan pembelajarannya sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang terbaik sepanjang perkembangan jaman. Inovasi yang diciptakan oleh guru adalah sesuatu yang menjaid bagian utaa dari kehidupan, di sekolah, di masyarakat ataupun di kehidupan secara menyeluruh.
Peranan guru sebagai innovator pembelajaran benar-benar menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar apa yang diberikan kepada anak didik merupakan sesuatu yang benar-benar baru dan berkesan serta memberikan pengalaman belajar yang mendalam di hati anak didik.
Guru adalah dinamisator
Kondisi mental anak didik, pada umumnya masih belum stabil. Mereka adalah pribadi-pribadi yang masih berada pada kondisi ‘sedang mencari’ sesuatu untuk perubahan signifikan pada dirinya.
Tentunya, pada kondisi seperti ini, anak melangkahkan kaki dalam segala kondisi. Mereka tetap saja melangkah, tanpa perhitungan matang untuk hal tersebut. Segala hal ini dilakoni. Segala hal ingin dikerjakan. Coba dan terus mencoba hal-hal yang dianggapnya baru dan mampu memberinya perubahan sebagai pengalaman hidup.
Kondisi ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Hal ini terkait dalam kehidupan ada hal-hal positif dan negatif yang keduanya selalu berdampingan. Repotnya lagi, keduanya tersaji secara bebas di dalam kehidupan ini sebagai sebuah pasangan tidak terpisahkan. Selanjutnya tergantung pada kita dalam memilih dan memilah hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan hidup kita.
Eksistensi guru di dalam hal ini adalah sebagai dinamisator, yaitu sosok yang mempunyai kemampuan untuk mendinamisasikan kondisi sehingga terciptakan sinergisan kondisi luar dan dalam diri anak didik. Dinamisasi yang dimaksud-kan adalah pergerakan yang terus menerus di dalam diri seseorang, khususnya dalam hal ini aspek positifnya.
Guru adalah penggerak bagi anak didik untuk secara penuh melaksanakan kegiatan belajarnya. Tentunya dalam hal ini seorang guru harus benar-benar mempunyai kemampuan menseleksi setiap kondisi dan selanjutnya menyesuai-kan dengan kondisi yang dimiliki oleh anak didik.
Guru adalah kreator
Setiap proses pembelajaran dilakukan sebagai wujud atau pengejahwantahan atas kondisi yang dihadapi dalam kehidupan. Tentunya kondisi tersebut sangat terkait sebab proses pembelajaran merupakan upaya sadar untuk mempersiap-kan diri menghadapi kehidupan.
Dan, proses pembelajaran pada dasarnya memberikan sesuatu yang baru bagi anak didik sehingga menjadi pengalaman berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Dengan pengalaman tersebut, maka perubahan yang diharapkan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak berbantah.
Agar anak didik mendapatkan apa yang diharapkan, tentunya dibutuhkan seseorang yang mampu memberikan hal-hal baru bagi mereka. Dan, guru sebagai orang yang bertanggungawab terhadap proses pembelajaran di kelasnya, maka dituntut untuk mempunyai banyak kreasi yang positif bagi anak. Kreasi ini meliputi banyak hal, misalnya pada metode pembelajaran, media pembelajarannya dan sebagainya.
Sebagai agen perubahan, maka guru dituntut benar-benar kreatif sehingga mampu menghadirkan proses pembelajaran yang benar-benar efektif. Hal ini sangat penting sebab dengan proses yang efektif, maka kemungkinan keter-capaian setiap program pembelajaran akan meningkat secara signifikan.
Hal lain yang sangat mungkin didapat dari guru yang kreatif adalah suasana belajar yang kondusif, dalam artian anak-anak jadi krasan di kelas pembelajaran dan enggan meninggalkan proses pembelajaran sebab suasana belajarnya tidak membosankan.
Seornag guru yang miskin kreasi mempunyai potensi yang sangat besar atas kegagalan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dibinanya akan menjadi sesuatu yang sangat membosankan bagi anak didik sehingga mengurangi semangat belajar anak didik. Tanpa kreasi yang cukup kreatif, guru hanya menjadi mesin otomasi yang begitu saja memberikan materi pelajaran (transfer of knowledge) semata. Padahal di dalam proses pembelajaran ada tiga aspek penting yang harus disampaikan oleh guru untuk anak-anaknya, yaitu knowledge, attitude dan psikomotor.
Bukankah kita menyadari bahwa jika kebosanan sudah berkuasa, maka segala yang kita lakukan tidak akan maksimal?!
Guru adalah adaptor
Sebagai sosok yang sedang mencari jati diri, maka anak didik sangat membutuh-kan pendampingan sehingga tidak mengalami salah jalan atau gagal dalam proses ini. Pencarian jati diri merupakan masa paling penting bagi semua orang terkait dengan kondisi masa depan mereka. Tentunya hal ini terkait dengan kondisi diri yang belum stabil sehingga anak didik masih mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya. Anak didik masih belum dapat memilih dan memilah setiap aspek yang tersaji dalam kehidupan untuk dirinya.
Yang sering terjadi adalah ketidaksinkronan aspek yang dipilih dengan kondisi di dalam dirinya sehingga terjadi friksi bahkan benturan yang sangat meng-ganggu proses pencarian jati diri. Akhirnya karena ketidakmampuan tersebut, maka anak didik salah jalan dan salah langkah hidupnya. Hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehingga melakukan hal-hal yang negatif, walau ada juga yang benar, positif.
Ketidaksinkronan kondisi di dalam diri dan di luar diri seringkali menjadi pemicu utama bagi kegagalan anak didik dalam menempuh proses pembel-ajaran hidupnya. Hal ini karena perbedaan yang sangat antara kondisi di dalam dirinya dengan kondisi di luar dirinya. Untuk itulah, maka dibutuhkan sese-orang yang mempunyia kemampuan menyesuaikan kedua dunia tersebut se-hingga menjadi sesuatu yang sesuai dengan kondisi anak secara keseluruhan.
Guru dengan segala kompetensi yang dimilikinya benar-benar diharapkan mampu menjadi adaptor sehingga anak benar-benar memiliki kemampuan untuk menyamakan kondisi dirinya dengan lingkungannya, khususnya dalam hal ini adalah semua aspek yang didapatinya dalam proses pembelajaran.
Guru harus mampu penyesuai kondisi anak didik, intern dengan eksternnya sehingga pengalaman belajarnya benar-benar merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Guru adalah katalisator
Bahwa belajar itu adalah sebuah proses sedemikian rupa sehingga terjadi banyak reaksi atas segala hal yang dipelajari bersama. Reaksi ini selanjutnya merupakan kondisi yang terjadi sebagai implikasi atas segala hal yang dipelajari di kelas maupun di dalam kehidupannya.
Sementara kita menyadari bahwa proses pembelajaran yang kita jalankan merupakan proses yang berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dibutuhkan sebuah kecepatan tertentu agar sesuai dengan program yang sudah disusun bersama.
Dan, kecepatan belajar anak didik sangatlah beragam, sehingga kemampuan menyerap dan menyelesaikan materi pelajaran-pun bervariasi. Hal ini snagat merepotkan bagi guru saat harus menyampaikan jatah materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum yang sudah direncanakannya.
Perbedaan yang sangat mencolok di dalam kemampuan penyerapan materi pelajaran selanjutnya berakibat pada ketercapaian program pembelajaran. Dengan kemampuan yang tinggi, maka kecepatan pemahaman materi pelajaran sangat cepat, tetapi dengan kemampuan yang rendah, maka kecepatan pe-mahaman-pun lambat.
Disinilah peranan guru sebagai agen perubahan harus benar-benar dapat menjadi katalisator sehingga kondisi anak didiknya benar-benar sesuai, seragam dalam kemampuan pemahaman materi pelajaran.
Perbedaan kemampuan belajar memang sangat mengganggu proses pembel-ajaran di kelas pada satu sisi ada anak-anak yang sudah mampu, tetapi pada sisi yang lainnya ada anak yang sama sekali belum memahami konsep atau materi pelajaran yang diberikan. Memang, kita dapat memberikan pembelajaran remedial tetapi jika hal tersebut terjadi tentunya repot dan tidak efektif. Oleh karena itulah, maka sebelum kita terjebak pada keharusan memberikan remedial, maka seorang guru harus dapat mejadi katalisator bagi proses pembelajaran anak didiknya sehingga sejak dini sudah dipersiapkan kondisi agar anak didik benar-benar menguasai materi pelajaran secara maksimal.
Seorang guru harus dapat mengatur kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar jelas terlihat dan selanjutnya diberikan pelayanan yang sesuai.
Dengan memperhatikan posisi guru di dalam proses pembelajaran ini, maka sebagai guru kita dapat bercermin dan selajutnya segera mengambil langkah-langkah konkrit sehingga tujuan pembelajaran benar-benar dapat dicapai oleh anak didik.
Pemahaman terhadap posisi dan tugas guru tersebut di atas, maka setidaknya seorang guru dapat segera menentukan sikap dalam menghadapi kondisi anak didiknya dan mempersiapkan kemampuan dirinya agar proses pembelajaran yang dibinanya benar-benar efektif.
Perlu kita sadari bersama bahwa di dalam proses pembelajaran anakdidik, seorang guru adalah pelayan, yaitu orang dewasa yang memberikan bantuan kepada orang muda, anak didik agar mampu menjalankan kewajiban belajarnya. Oleh karena itulah, maka seorang guru harus selalu mengembangkan kemampuan dirinya sehingga benar-benar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Baik dan buruknya anak didik. Berhasil dan tidaknya anak didik memang tergantung pada tingkat usaha yang dilakukan anak didik selama mengikuti proses pembelajaran. Tetapi kondisi tersebut tidak lepas dari peranserta guru di dalam mengkondisikan anak didiknya.
Keberhasilan anak didik tergantung bagaimana seorang guru melayani kebutuhan belajar anak didiknya. Semakin maksimal pelayanan yang diberikan, maka semakin maksimal pula hasilnya. Memang anak didik adalah subyek belajar, tetapi karena anak didik adalah sosok yang sedang mencari jati diri, maka perlu ada pembimbing yang benar-benar mumpuni dan menguasai banyak hal terkait dengan segala aspek yang perlu dipelajari anak didik.
Dan, guru dengan segala keterbatasannya dan tentunya dengan segala kemampuan yang dimilikinya selalu dan selalu belajar sehingga kemampuan dirinya terus terasah dan benar-benar mampu memberikan pelayanan maksimal bagi anak didiknya.
Selanjutnya adalah tergantung pada masing-masing guru, apakah mereka hanya ingin sebagaimana kondisi sekarang ataukah mereka mempunyai semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi anak didiknya sehingga proses pembelajaran menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan, seharusnya seorang guru memang tidak boleh terlalu cepat puas dengan kemampuan yang sudah dimilikinya melainkan harus terus berjuang untuk menambah penge-tahuan, keterampilan dan kemampuan sosialnya sehingga dapat menjadi panutan, digugu dan ditiru oleh anak didiknya. Jangan cepat puas!
Minggu, 31 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar