Orang ingin berhasil di dalam kegiatannyam hidupnya. Demikian juga halnya dengan guru. Berbagai cara dilakukan agar kegiatan pembelajaran berhasil.
Dan, keberhasilan adalah tujuan yang sangat membahagiakan, sekaligus membanggakan bagi guru. Indikasi keberhasilan guru di dalam proses pembel-ajaran adalah terpenuhinya target kurikulum atau standar kelulusan minimal yang ditentukan untuk setiap kompetensi dasar (KD).
Oleh karena itulah, maka guru berusaha menerapkan berbagai metode untuk memberikan kemudahan siswanya dalam belajar. Berbagai teknologi pendidikan diterapkan di dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya adalah tugas pokok seorang guru.
Pada awalnya kita yakin bahwa setiap orang dapat kita ubah kompeten-sinya melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Tetapi ternyata hal tersebut berbenturan dengan kenyataan bahwa setiap orang mempunyai tingkatan kom-petensi yang berbeda.
Kompetensi setiap guru tidak sama dan berakibat pada variasi hasil yang berbedapula, sebab cara dan kemampuan mengelola proses pembelajaran yang berbeda. Ada guru yang begitu mudah melaksanakan proses pembelajaran dan berhasil dengan gemilang, walau kompetensinya termasuk rendah. Tetapi, ada juga guru yang tidak berhasil dalam proses pembelajarannya, meskipun kompetensi dirinya tinggi, pintar.
Memang tidak seluruhnya seperti itu, tapi setidaknya ada guru pintar yang ternyata tidak berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran yang menjadi kewajibannya. Para siswanya tidak dapat mengikuti pola pemikiran guru sehingga berdampak pada kegagalan proses.
Kita tidak dapat merahasiakan hal tersebut karena hal tersebut memang ada. Artinya ada guru yang pintar tetapi tidak pintar dalam mengajar di kelas. Mereka mengajar hanya untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa siswanya tidak mengerti, memahami hal yang diajarkannya.
Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Dimana letak kesalahan sehingga proses pembelajaran tidak efektif dan gagal?
Tentunya jika kita mencoba menguraikan pokok permasalahan ini, maka cukup banak aspek krusial. Masalah pendidikan dan pembelajaran memang masalah yang krusial. Pada setiap aspeknya mengandung permasalahan yang cukup rumit. Tidak jarang masing-masing masalah saling terkait sehingga kita tidak dapat menyelesaikan satu masalah tanpa menyelesaikan masalah yang lainnya.
Tetapi, hal tersebut bukan berarti kita berputus asa dan menerima semua akibat begitu saja. Tidak mungkin kita bersikap seperti itu. Kita sedang mem-proses, maka setiap permasalahannya muncul harus dihadapi dan diselesaikan secara smart.
Sebagai seorang guru, maka keberhasilan siswa adalah hal terpenting yang selalu mendorong guru memberikan proses pembelajaran secara maksimal. Bahkan, setap saat guru selalu meningkatkan kemampuan dirinya dengan ber-bagai diklat yang relevan. Bahkan berbagai buku ‘disantap’ dan diperas isinya agar dapat meningkatkan kuaitas diri.
Kita harus mengakui bahwa saat seseorang terjun pada sebuah profesi, maka berbagai persiapan dilakukan untuk kelancaran tugasnya. Begitu juga halnya dengan profesi guru. Dalam hal ini tentunya, yang terutama adalah penguasaan materi pelajaran yang akan diberikan kepada pada siswanya.
Kesiapan materi merupakan syarat utama bagi guru saat melaksanakan tugas pembelajarannya sebab materi pelajaran adalah bahan yang akan diberikan pada siswa. Kita dapat menganalisa hal yang terjadi jika seorang guru tidak menguasai materi pelajaran! Dia pasti menjadi ‘tukang jamu’ yang berteriak di tengah kerumunan, lingkaran orang, tetapi sama sekali materinya tidak berguna! Dan, untuk dapat mempersiapkan materi dengan sebaik-baiknya, maka seorang guru harus mampu mempersiapkan mental, konsep mental dan sikap mentalnya dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru.
Untuk itulah, maka beberapa hal perlu dilakukan oleh guru, yaitu:
a. Menetapkan konsep mental
Konsep mental adalah pola pemikiran yang ditumbuhkan di dalam hati seseorang dalam mencapai tujuan. Konsep mental itu dibentuk di dalam pikiran dan hati seseorang sehingga secara jelas menjadi visi hidup.
Konsep mental dapat juga diartikan sebagai pola wawasan seseorang terhadap segala tujuan hidupnya. Ini adalah peta pikiran seseorang terkait tujuan yang hendak dicapai.
Bahwa di dalam kehidupan ini, semua adalah sebuah organisasi, sehingga sangat perlu menerapkan konsep POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling). Inilah bagian dari konsep mental yang perlu kita tetapkan untuk keberhasilan proses.
Setiap orang pribadi adalah organisasi, bahkan dapat kita katakan organisasi terbesar sebab sangat kompleks dengan berbagai visi dan misi. Organisasi diri membutuhkan pengelolaan yang baik jika ingin mencapai keberhasilan. Disinilah, POAC kita terapkan.
Oleh karena itulah, seorang guru sangat perlu menetapkan konsep ental agar aspek POAC di dalam dirinya dapat tersistemasi dan sinergis dengan segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuannya.
Guru harus dapat menetapkan konsep mental pada dirinya sehingga jelas tergambar hal-hal yang harus dilakukan, agar tumbuh dorongan untk mencapai tujuan pembelajarannya. Konsep mental ini adalah jalur yang harus dilalui menuju keberhasilan proses.
Proses pembelajaran adalah suatu system, maka pola pembelajarannya-pun harus sistematis, baik dalam berpikir, bertindak dan dalam segala langkah. Karenanya, semua perlu dilandasi dengan konsep yang pas, yaitu konsep yag benar-benar mampu memberikan gambaran dan garis-garis atau jalur-jalur yang pasti menuju pada tujuan utama, yaitu keberhasilan dalam pembelajaran.
Konsep mental menjadi aspek penting bagi proses mencapai tujuan sebab pada konsep inilah kita susun program atau planning utama dari organisasi diri kita. Dengan konsep mental kita secara jelas dapat mengetahui segala aspek terkait pencapaian tujuan.
b. Membangun sikap mental positif
Sikap mental itu adalah cara kita menghadapi permasalahan dalam hidup. Sikap ini selanjutnya menumbuhkan rasa positif atau negatif ter-hadap segala hal.
Tugas kita adalah membangun sikap mental positif dalam diri kita sehingga terjadi kepercayaan atas kemampuan diri. Begitu juga pada siswa yang kita bimbing. Sikap mental sangat menentukan langkah yang harus kita lakukan saat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi segala kegiatan kita.
Sikap mental menjadi indikator bagi suatu keberhasilan program. Setidak-nya dengan sikap mental yang sesuai dengan keinginan, maka kemung-kinan tercapainya program cukup besar. Setiap orang yang bersikap mental positif seringkali mampu menghadapi segala kejadian hidup dengan prosentase keberhasilan tinggi.
Hal ini karena sikap mental positif menjadi sebuah motivasi inert yang sangat besar sehingga mendorong seseorang untuk mencapai keberhasil-annya. Sikap mental positif adalah sebuah kepercayaan dan kepercayaan adalah sebuah main power yang sangat menentukan tingkat keberhasilan. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa kepercayaan adalah lebih separoh dari kemungkinan keberhasilan! Artinya sebelum melakukan sesuatu, jika kita mempunyai kepercayaan tinggi, itu artinya kita sudah mencapai separih dari keberhasilan maksimalnya.
Tetapi bagi orang-orang yang bersikap mental negatif, seringkali meng-alami kegagalan yang cukup tragis. Mereka sudah gagal sebelum melak-sanakan kegiatan konkrit. Ini merupakan suatu sikap yang salah. Oleh karena itulah, setiap orang selalu menasehati orang lain untuk tidak memasang sikap mental negatif di dalam kehidupannya.
Sikap mental negatif itu semacam virus yang ada di sirkuit komputer. Setiap kali komputer dinyalakan dan program dijalankan, maka dengan leluasa virus segera menjalar ke seluruh program di dalm sirkuit kom-puter tersebut. Tentunya jika hal seperti itu terjadi, maka segala program yang sudah kita susun berantakan.
Begitulah kemampuan virus sikap mental negatif menyerang diri kita. Saat virus menguasai kinerja otak kita, maka berakibat pada turunnya kemampuan - kemampuan yang kita miliki sebelumnya. Apalagi jika sebelumnya kita tidak mempunyai kemampuan!
Oleh karena itulah, maka membangun sikap mental positif adalah hal penting yang harus dilakukan oleh guru agar proses pemelajaran dapat berhasil. Sikap mental positif seorang guru merupakan modal tak ternilai bagi keberhasilan siswanya. Jika guru tidak memiliki sikap mental positif, bagaimana dia dapat membawa sikap mental siswa-siswanya? Guru yang tidak mempunyai sikap mental positif sama artinya dengan guru yang tidak mempunyai kepercayaan diri! Dari ini kita dapat bayangkan bagaimana orang yang tidak mempunyai kepercayaan diri dapat meng-arahkan orang lain mencapai tujuan hidupnya?! Mau dibawa kemana anak didik kita?!
Konsep mental dan sikap mental merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dimiliki oleh semua guru, bahkan semua orang yang ingin berhasil. Konsep mental menjadi suatu landasan yang kokoh bagi sikap mental seseorang.
Kedua hal ini sangat menentukan tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Tentunya hal tersebut menuntut adanya komitmen yang pasti dari setiap orang. Komitmen inilah yang selanjutnya menjadikan setiap orang wajib menekankan sikap pada konsekuensi tinggi.
Sementara itu, kita perlu menyadari bahwa tingkat kemajuan setiap orang di dalam membangun konsep mental positif dan mewujudkan dalam sikap mental positifnya. Sikap mental positif tidak tiba-tiba dating begitu saja. Semua membutuhkan proses yang cukup panjang. Dan, semua itu tergantung pada tingkat keseriusan kita dalam memposisikan niat kita.
Proses konstruksi tersebut melalui beberapa konsep, yaitu sugestif, inner power dan inner motivation serta extern power dan extern motivation. Hal hal tersebut merupakan aspek penting untuk membentuk konsep mental dan sekaligus sikap mental positif.
Selanjutnya, bagaimana peran aktif kita di dalam upaya mencapai keber-hasilan berdasarkan pada konsep dan sikap mental positif. Hal ini penting bagi pengembangan dan perkembangan pembelajaran.
Setidaknya di dalam hal ini, kita harus mampu membangun suatu kondisi di hati siswa dan juga para guru sehingga termotivasi untuk kesadaran atas posisi mental positif terhadap konsep-konsep kehidupan yang akan dijalani
Mensinergiskan konsep metal dengan sikap mental
Seperti kita ketahui,konsep mental dan sikap mental adalah dua hal yang saling terkait sehingga eksistensinya merupakan sebuah biimplikasi.
Ketika seseorang mengembangkan konsep mental di dalam dirinya, maka ha tersebut akan sangat percuma jika tidak ditindaklanjuti dengan sikap mental yang sama.
Mental aalah sebuah ranah yang penting bagi kelangsungan hidup seseorang. Dengan mental, maka kita dapat menentukan nilai-nilai yang harus diterapkan untuk kehidupan serta hal-hal yang harus dihindarkan dari kehidup-an.
Dengan demikian, maka konsep mental adalah segala hal yang kita susun dan rencanakan untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Konsep inilah yang mejadi dasar dari segala kegiatan hidup yang kita lakukan. Dan, tentunya kita harus selalu menerapkan agar hidup kita tidak terlalu menimpang dari ketentu-an dasar yang harus dilakukan.
Begitulah pentingnya konsep metal bagi kehidupan kita sehingga setiap orang harus mampu mengelola mentalnya sedemikian rupa sehingga menum-buhkan konsep kehidupan yang berbasis pada mental dirinya.
Sementara sikap mental merupakan suatu upaya untuk mengimplemen-tasikan konsep pada langkah konkrit yang lebih dekat pada pencapaian tujuan, goal kehidupan. Sikap mental ini selajutnya menjadi sebuah aksi nyata yang dilakukan oleh manusia.
Dengan sikap mental yang sesuai dengan konsepnya, maka tentunya proses pencapaian tujuan dapat lebih dikonsenkan dan lebih dapat diukur, di-perkirakan tingkat pencapaiannya.
Oleh karena itulah, maka untuk dapat mencapai tujuan hidup maksimal, maka perlu dibangun kesinergisan antara konsep mental dengan sikap mental positif di hati setiap orang, guru.
Boleh saja seseorang mempunyai konsep mental yang bagus, tetapi jika tidak dibarengi dengan sikap mental yang bagus juga, tentunya segala konsep tersebut hanya menjadi wacana yang tidak berarti. Kehidupanpun akan menjadi pincang, tidak lagi sigap sebab selalu terjadi pertentangan di dalam hati se-seorang terkait dengan hal-hal yang hendak dilakukannya.
Bagaimana sebuah program dapat terlaksana baik dan membawa pada keberhasilan jika ternyata orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak mem-punyai tingkat konsistensi yang tinggi pada konsep dan sikap mental saat ber-tindak?
Orang sudah menyusun konsep untuk mencapai keberhasilan belajar secara maksimal, tetapi sikapnya sama sekali tidak menggambarkan hal-hal yang terkait dengan proses pencapaian konsep, apa yang dapat dicapai? Nol besar!!
Maka segera sinkronkan dan sinergiskan kondisi konsep mental dengan sikap mental agar program hidup dapat dicapai maksimal. Semoga!
Sabtu, 16 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar