Sabtu, 13 Desember 2008

Ribetnya menjadi Guru Sekolah Dasar

Sebagai seorang guru SD, aku merasa betul bagaimana ribetnya. Setiap saat banyak tugas yang harus diselesaikan sehingga kadangkala harus diselesaikan di rumah. Praktis, pekerjaan guru adalah sehari semalam, 24 jam.
Kalau kita membicarakan mengenai materi pelajaran, mungkin tidak ada permasalahan sebab semua sudah tersedia di dalam kurikulum yang menjadi anutan, acuan untuk proses pembelajarannya. Guru hanya memilih dan memilah yang seuai untuk anak didiknya.
Tetapi, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru mendidik. Terus terang saja, jika kita berpikir logis, proses pembelajaran di SD jauh lebih krusial dibandingkan di sekolah lanjutan. Sekolah lanjutan hanya melanjutkan apa yang sudah didapatkan oleh anak-anak saat menempuh pembelajaran di SD.
SD, sebagai sekolah dasar, mempunyai pengertian bahwa di sekolah inilah anak-anak mendapatkan dasar-dasar setiap permasalahan. Di sekolah inilah mereka mendfapatkan dasar pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, dan yang terpenting adalah pola kehidupan.
Bahwa, sebenarnya, peranan guru sebagai pengajar dan pendidik sekaligus ada di pundak para guru SD. Guru SD-lah yang berperan ganda di dalam proses ini, yaitu sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar. Di SD, anak-anak diajar berbagai pengetahuan dan keterampilan. Di SD anak-anak mendapatkan dasar sikap hidup yang baik dan benar. Nilai-nilai kehidupan diberikan kepada anak-anak di tingkatan ini.
Anak-anak dididik agar dapat bersikap sopan dalam kehidupannya. Bagaimana cara berhormat pada orang yang lebih tua. Bagaimana cara berbicara terhadap orangtua, terhadap teman sebaya, terhadap anak-anak yang lebih muda. Semua diberikan di SD, sekolah dasar.
Maka, tidak heran jika guru SD mempunyai beban tugas yang terberat dari sekian tingkatan sekolah yang ada. Tetapi, guru SD adalah guru yang selalu taat terhadap setiap keputusan atau kondisi yang diberikan untuk mereka. Mereka-lah kelompok guru yang ‘nurut’ dengan segala aturan sehingga saking nurutnya seringkali dijadikan sebagai kuda tunggangan untuk kepentingan kelompok tertentu. Seringkali dijadikan ‘tebu perasan’.
Banyak hal yang sering dialami oleh guru SD dan semua diterima dengan lapang dada, misalnya pengurusan berkas yang selalu harus dilampiri dengan amplop berisi doku, bahkan beberapa rapelan gaji harus direlakan sebagian sebagai ‘potongan khusus’ dengan dalih berbagai macam, membeli peralatan kantor dinas, cabang dan sebagainya. Padahal jika hal tersebut ditelaah kan sudah ada jatahnya sendiri. Tetapi begitulah yang dialami oleh guru-guru SD, guru-guru dengan tingkat ‘kenganutan’ yang sangat tinggi!
Tetapi, aku senang menjadi seorang guru SD sebab setiap saat aku selalu dikelilingi oleh anak-anak dengan berbagai sikap dan pola kehidupan berbeda- beda. Mereka memberikan warna tersendiri bagi kehidupanku! Mereka lucu!

1 komentar:

Mbah Suro mengatakan...

Salam kenal Bu Guru, Pahlawan tanpa tanda jasa....