Manusia dilahirkan dalam dua jenis yang berbeda tetapi saling mengisi, saling melengkapi. Dalam kaitan selanjutnya, kedua jenis manusia ini saling bekerja sama dalam segala hal sehingga kehidupan menjadi lebih baik. Bahkan, antara keduanya, beberapa mengikta komitemn untuk hidup bersama sehingga kerja sama semakin utuh dan tuntas.
Ketika dua orang bersatu, wanita dan pria, membentuk sebuah rumah tangga, maka pada saat itu, telah terjadi ikatan janji untuk secara bersama-sama siap menghadapi berbagai yang muncul dalam kehidupan. Kebersamaan ini adalah wujud dari rasa kebersamaan yang tumbuh di hati masing-masing terhadap yang lainnya, pasangannya.
Pada konsep tradisional, kedua orang ini mempunyai pembagian tugas dan kewajiban yang berbeda tetapi saling mendukung dan menjadikan kondisi pertautan hati menjadi lebih baik dan kuat. Pembagian tugas dan kewajiban ter-sebut adalah pria sebagai pemenuh kebutuhan keluarga. Seorang pria harus mempunyai penghasilan yang dapat dijadikan sebagai dukungan untuk kelan-caranan. Seorang pria harus bertanggungjawab terhadap perekonomian keluar-ganya. Setiap bulan atau setiap waktu tertentu, dia harus mampu menyediakan sekian jumlah dana segar untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan makan, kebutuhan sarana rumah tangga, kebutuhan sekolah anak-anak dan sebagainya. Pria adalah kepala keluarga.
Sementara itu, seorang wanita kebagian tugas untuk mengelola dana yang sudah dikumpulkan oleh sang pria. Wanita harus mampu mengelola dana sehingga dapat menutup kebutuhan sebulan atau bahkan mampu menyisihkan sebagian untuk tabungan masa depan, atau saat-saat genting yang membutuhkan dana tiba-tiba. Wanita adalah bendahara keluarga yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup keluarga.
Ibu, adalah pusat keluarga. Pada wanitalah semua urusan tertumpuk dan harus segera dapat diselesaikan. Hal ini karena secara tidak sadar, semua urusan ditangani oleh ibu. Sejak anak masih kecil, maka yang repot adalah ibu. Saat malam-malam si sanak bangun, maka yang menangani adalah ibu. Ketika anak menangis, maka ibu yang menenangkannya. Sementara sang bapak, mungkin tidak ada di tempat atau asyik dengan kegiatan lainnya. Itu umumnya!
Duh, betapa penting peranan ibu di dalam sebuah keluarga sedemikian rupa sehingga saat nabi Muhamamad ditanya kepada siapa seseorang harus mengabdi, maka Nabi menjawab tiga kali berturut-turut IBU, baru yan keempat BAPAK!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar