Rabu, 31 Desember 2008
Malam tahun baru
Perjalanan selama setahun ini telah memberikan banyak sekali hal yang baik dan buruk bagi kehidupan ini, pola pergaulan di sekolah, di rumah dan di masyarakat memberikan gambaran pasti tentangs egala hal yang berlaku di kehidupan ini.
selama bergaul di sekolah, aku melihat adanya beberapa rekan yang bertindak seenaknya sendiri, tidak lagi berpegang pada tata aturan kinerja yang bagus sebagaimana seorang guru. ada juga yang begitu acuh terhadap tugas dan kewajibannya sehingga anak didiknya dibiarkan begitu saja. Aku tidak dapat berbuat apa-apa sebab aku bukan pimpinan di sekolah ini, walau sering juga tanpa mencoba untuk menggurui aku berkali mengatakan poentingnya kejujuran dalam kerja.
Semoga saja tahun ini menjadi lebih baik dan anak-anak mendapatkan jatah pembelajaran serta mampu berkreasi untuk kemajuan dunia pendidikan di negeri ini.
Sabtu, 13 Desember 2008
Ribetnya menjadi Guru Sekolah Dasar
Kalau kita membicarakan mengenai materi pelajaran, mungkin tidak ada permasalahan sebab semua sudah tersedia di dalam kurikulum yang menjadi anutan, acuan untuk proses pembelajarannya. Guru hanya memilih dan memilah yang seuai untuk anak didiknya.
Tetapi, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru mendidik. Terus terang saja, jika kita berpikir logis, proses pembelajaran di SD jauh lebih krusial dibandingkan di sekolah lanjutan. Sekolah lanjutan hanya melanjutkan apa yang sudah didapatkan oleh anak-anak saat menempuh pembelajaran di SD.
SD, sebagai sekolah dasar, mempunyai pengertian bahwa di sekolah inilah anak-anak mendapatkan dasar-dasar setiap permasalahan. Di sekolah inilah mereka mendfapatkan dasar pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, dan yang terpenting adalah pola kehidupan.
Bahwa, sebenarnya, peranan guru sebagai pengajar dan pendidik sekaligus ada di pundak para guru SD. Guru SD-lah yang berperan ganda di dalam proses ini, yaitu sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar. Di SD, anak-anak diajar berbagai pengetahuan dan keterampilan. Di SD anak-anak mendapatkan dasar sikap hidup yang baik dan benar. Nilai-nilai kehidupan diberikan kepada anak-anak di tingkatan ini.
Anak-anak dididik agar dapat bersikap sopan dalam kehidupannya. Bagaimana cara berhormat pada orang yang lebih tua. Bagaimana cara berbicara terhadap orangtua, terhadap teman sebaya, terhadap anak-anak yang lebih muda. Semua diberikan di SD, sekolah dasar.
Maka, tidak heran jika guru SD mempunyai beban tugas yang terberat dari sekian tingkatan sekolah yang ada. Tetapi, guru SD adalah guru yang selalu taat terhadap setiap keputusan atau kondisi yang diberikan untuk mereka. Mereka-lah kelompok guru yang ‘nurut’ dengan segala aturan sehingga saking nurutnya seringkali dijadikan sebagai kuda tunggangan untuk kepentingan kelompok tertentu. Seringkali dijadikan ‘tebu perasan’.
Banyak hal yang sering dialami oleh guru SD dan semua diterima dengan lapang dada, misalnya pengurusan berkas yang selalu harus dilampiri dengan amplop berisi doku, bahkan beberapa rapelan gaji harus direlakan sebagian sebagai ‘potongan khusus’ dengan dalih berbagai macam, membeli peralatan kantor dinas, cabang dan sebagainya. Padahal jika hal tersebut ditelaah kan sudah ada jatahnya sendiri. Tetapi begitulah yang dialami oleh guru-guru SD, guru-guru dengan tingkat ‘kenganutan’ yang sangat tinggi!
Tetapi, aku senang menjadi seorang guru SD sebab setiap saat aku selalu dikelilingi oleh anak-anak dengan berbagai sikap dan pola kehidupan berbeda- beda. Mereka memberikan warna tersendiri bagi kehidupanku! Mereka lucu!
Kamis, 04 Desember 2008
Asyiknya Mengajar Anak SD
Aku saat sekarang mengajar kelas V, kelas ini sudah aku bimbing sejak kelas IV. Sekolah kam memang menerapkan pola pembelajaran dengan sistem dampingi sejak kelas IV hingga mengantar anak kelas VI.
Rasanya dengan pola seperti ini proses pendidikan dan pembelajaran emnajdfi lebih ringan dan mudah. Aku merasakan bahwa dengan sistem mendamping anak sejak kelas IV dan mengantar hingga Kelas VI, merupakan langkah bagus agar anak berhasil.
Hal ini kuanggap baik sebab dengan cara seperti ini, kita jadi mengetahui setiap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak-anak.
Setiap saat kita dapat melakukan kegiatan dengan skala prioritas yang sudah kita ketahui sebelumnya. Artainya, kita sudah mengetahui, anak-anak mana yang perlu mendapatkan perhatian ekstra, mana anak yang biasanya atau anak-anak yang dapat dipercaya untuk menjadi pendamping teman-temannya.
Dari kondisi terjelek saat aku terima anak-anak ini, saat mulai kuajar di kelas 3, terus terang saja, anak-anak ini termasuk dalam jalur lambat. banyak anak yang kualitas dirinya rendah, kurang mampu secara intelek maupun skillnya. dengan sabar aku coba bimbing mereka dan sekarang aku dapat melihat bahwa sebenaarnya mereka bukan anak yang lemah. mereka bukan anak yang lemah daya pikirnya. mereka hanya mebutuhkan bimbingan yang benar-benar proporsional untk tingkat kebutuhannya.
Sekarang mereka sudah termasuk anak-anak yang pandai sehingga SKM yang kustandarkan selalu dpat mereka capai dengan gemilang, apalagi ketika kuterapkan pohon prestasi dmana setiap anak dapat memberikan tanda khusus pada namanya setiap kali mendpaatkan nilai sempurna, maka mereka semakain semangat untuk mendapatkan nilai dan kualiats dri terbaik.
SAemoga hal ini terus sehingga mereka mudah saat mengikuti ujian di eklas VI nanti, Semoga saja!!
Minggu, 23 November 2008
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Salah satu langkah yang kita tempuh adalah dengan belajar. Berbagai hal kita pelajari sehingga kita menguasai segala aspek yang kita inginkan. Dan, dari semua langkah yang kita lakukan dalam proses belajar tersebut, maka bertanya merupakan pintu yang harus kita lewati sebelum kita mengetahui secara detail hal-hal yang ingin kita ketahui.
Dalam kaitannya dengan pendekatan kontekstual ini, maka bertanya menjadi sebuah keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru agar proses pemel-ajaran yang dipandunya dapat berjalan secara maksimal. Pada pendekatan ini, seorang guru memang harus mempunyai kemampuan bertanya yang betul-betul efektif sehingga mampu mengarahkan siswanya pada tujuan belajarnya.
Pada saat kita menerapkan pendekatan kontekstual pada aspek bertanya. Kita harus mempunyai dan mampu menerapkan keterampilan bertanya kepada siswa secara efektif sehingga poin-poin pertanyaan dapat menjadi pengetahuan bagi siswa.
Selama ini yang menjadi kendala utama dalam proses pemelajaran adalah sulit-nya mengarahkan siswa untuk aktif menggali pengetahuan dan keterampilannya pada sumber belajar yang kompeten. Siswa tidak mampu mendeskripsikan hal yang ditanya-kan pada guru. Mereka sulit untuk bertanya walaupun sebenarnya mereka belum memahami konsep yang diajarkan guru.
Berkait dengan hal tersebut, maka ketika guru banyak memberikan pertanyaan pada siswa, maka setidaknya siswa mempunyai gambaran hal-hal yang perlu ditanyakan pada guru. Disamping itu, dengan keterampilan bertanya ini, maka daya ingat siswa ter-pancing sehingga memunculkan pengetahuan yang tersimpan di dalam memori otaknya dan selanjutnya mereka dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Proses pemelajaran pada saat ini memang telah bergulir dari pemusatan guru menjadi pemusatan pada siswa. Dengan demikian, maka dibutuhkan kemampuan pada siswa. Dan, untuk mempunyai kemampuan yang diharapkan tersebut, maka seorang siswa harus secara aktif menanyakan hal-hal yang tidak / belum diketahuinya.
Dengan keterampilan bertanya yang bagus, maka setidaknya hal tersebut juga merupakan sarana bagi guru untuk mendapatkan banyak hal, khususnya berkait dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Kita dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang kita ajarkan. Dan, siswa terbangkitkan untuk ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga hal tersebut secara langsung berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam aspek yang kita ajarkan.
Sabtu, 08 November 2008
Beberapa Kegiatan Guru Wanita Mojokerto
Membuat Nasi tumpeng berbentuk Kapal Perang untuk LOmba Team Penggerak PKK Desa Gembongan
Membimbing anak didik di rumah sebagai upaya peningkatan kualitas anak didik dalam persiapan menghadapi perlombaan mata pelajaran tingkat kecamatan.
Ikut Menghadiri sebuah acara keagamaan yang diselenggarakan oleh PKK Desa
Kamis, 30 Oktober 2008
teman guru yang sangat trendy
Kegiatan Guru Wanita beserta rombongan dari SDN Gempolkerep IIGempolkerep, Gedeg, Mojokerto, ke daerah wisata di Pacitan
ini gambar saat berada di depan mulut gua Gong!
ini dua patung penjaga pintu masuk ke gua Gong
bersama ibu Kepala Sekolah di depan mulut gua Gong
Jumat, 05 September 2008
Perlu Kebijakan di SDN Gempolkerep II
Tentunya, dalam hal ini kita dituntut untuk dapat memberikan sikap terbaik agar permasalahan tidak malah menjadikan kita terpuruk olehnya. Masalah dan setiap masalah memang mempunyai kecenderungan untuk merusak kondisi kita.Tujuan setiap amsalah memang ingin merusak kondisi kita yang baik sehingga rusak. Jika kita terbawa oleh masalah tersebut, maka sudah barang tentu kehancuran adalah titik akhirnya.
Oleh karena itulah, maka sikap lapang hati dan lapang dada dalam menghadapi setiap masalah sangat diperlukan agar tidak merusak kondisi.
Ya, kedewasaan adalah kunci keluarnya.
Kita harus dapat menghadapi setiap permasalahan dengan sikap dewasa dan tidak malah menjadikan masalah semakin besar!
Selama ini yang terjadi adalah kebiasaan membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sangat sipil untuk diselesaikan. Kita terlalu memikirkan hal kecil sehingga menjadi besar dan kita kewalahan untuk menyelesaikannya.
Seperti yang seringkali dialami adalah masalah laporan dari wali murid yang disampaikan ke seorang perseorang. Hal ini sebenarnya tidak pada tempatnya! Dan tidak perlu diperhatikan!
Jika ada wali murid yang merasa ada sesuatu yang tidak berkenan, maka seharusnya mereka datang ke sekolah dan menyampaikan kepada pimpinan sebab setiap sekolah ada pimpinan yang mengatur kondisi sekolah. Kepala sekolah inilah yang nantinya mengambil kebijakan berdasarkan kondisi yang ada, tentu saja setelah dilakukan proses mempelajari secara seksama dan teliti dalam segala aSPEK TERKAIT DENGAN AMSALAH TERSEBUT.
Kepala sekolah ataupun guru yang menerima 'wadulan' dari orangtua murid tidak dapat begitu saja menanggapi sebelum melakukan konfirmasi atas sumber masalahnya.
Hal ini terkait pada kenyataan bahwa tidak ada orang yang benar-benar murni pemikirannya. Kadangkala karena sedikit masalah, maka seseorang mencari-ari masalah untuk menghancurkan, minimal menggalaukan kondisi agar tidak tenang!
Oleh karena itulah, maka pada tulisan ini penulis berharap agar teman-teman selalu engedepankan dinginnya hati dan tenangnya pemikiran sebelum mengambil tindakan atas kabar atau 'wadulan' dari orang-orang, walaupun itu wali murid kita!
Semoga dengan langkah ini, maka kita dapat mempertahankan eksistensi kita, bahkan semakin mengembangkannya menjadi ekstra.
Salam sukses!!!
Minggu, 31 Agustus 2008
Guru Adalah Agen Perubahan
Dan, untuk mencapai tingkat perubahan yang diinginkan, maka sese-orang harus menerima bimbingan dari orang lain. Bimbingan ini merupakan salah satu cara terefektif untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan. Tambahan inilah yang selanjutnya menjadikan adanya perubahan di diri anak didik.
Tentunya di dalam hal ini kita tidak dapat secara menyeluruh bergantung pada guru untuk melakukan proses perubahan pada anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional maupun harapan masing-masing pribadi.
Sebagai seorang agen perubahan, maka eksistensi guru menjadi sangat penting sebab dengan adanya guru, maka proses perubahan dapat dialami oleh anak didik secara sistematis dan terbimbing. Perubahan memang dapat terjadi pada siapapun, tetapi perubahan yang terstruktur dan sistemik tidak dapat terjadi begitu saja.
Terkait dalam kondisi tersebut, maka peranan guru tidak hanya sebagai fasilitator, melainkan juga sebagai innovator, dinamisator, kreator, adaptor dan katalisator.
Guru adalah Inovator
Pola kehidupan selalu mengalami perubahan sebab kehidupan memang seuah proses yang dinamis. Dinamisasi pola kehidupan seringkali jauh melebihi kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh seseorang sehingga seringkali terjadi satu atau beberapa perbedaan sehingga muncul friksi/ gesekan yang pada akhirnya menjadikan perbedaan konsep.
Dan, anak didik adalah sosok yang belum stabil dalam segala aspek sehingga setiap kali menghadapi persoalan dalam hidup atau proses hidup, maka sebuah teladan bagus agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itulah, maka eksistensi guru sebagai innovator kegiatan, khususnya dalam pola pembelajaran sangat diperlukan.
Kehidupan yang dinamis memberikan konsekuensi logis yang menuntut setiap orang untuk memberikan sesuatu yang baru sehingga selalu sejalan dengan perkembangan pola kehidupan.
Guru adalah innovator dalam segala hal. Guru harus mempunyai banyak inovasi, khususnya terkait dengan kegiatan pembelajarannya sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang terbaik sepanjang perkembangan jaman. Inovasi yang diciptakan oleh guru adalah sesuatu yang menjaid bagian utaa dari kehidupan, di sekolah, di masyarakat ataupun di kehidupan secara menyeluruh.
Peranan guru sebagai innovator pembelajaran benar-benar menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar apa yang diberikan kepada anak didik merupakan sesuatu yang benar-benar baru dan berkesan serta memberikan pengalaman belajar yang mendalam di hati anak didik.
Guru adalah dinamisator
Kondisi mental anak didik, pada umumnya masih belum stabil. Mereka adalah pribadi-pribadi yang masih berada pada kondisi ‘sedang mencari’ sesuatu untuk perubahan signifikan pada dirinya.
Tentunya, pada kondisi seperti ini, anak melangkahkan kaki dalam segala kondisi. Mereka tetap saja melangkah, tanpa perhitungan matang untuk hal tersebut. Segala hal ini dilakoni. Segala hal ingin dikerjakan. Coba dan terus mencoba hal-hal yang dianggapnya baru dan mampu memberinya perubahan sebagai pengalaman hidup.
Kondisi ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Hal ini terkait dalam kehidupan ada hal-hal positif dan negatif yang keduanya selalu berdampingan. Repotnya lagi, keduanya tersaji secara bebas di dalam kehidupan ini sebagai sebuah pasangan tidak terpisahkan. Selanjutnya tergantung pada kita dalam memilih dan memilah hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan hidup kita.
Eksistensi guru di dalam hal ini adalah sebagai dinamisator, yaitu sosok yang mempunyai kemampuan untuk mendinamisasikan kondisi sehingga terciptakan sinergisan kondisi luar dan dalam diri anak didik. Dinamisasi yang dimaksud-kan adalah pergerakan yang terus menerus di dalam diri seseorang, khususnya dalam hal ini aspek positifnya.
Guru adalah penggerak bagi anak didik untuk secara penuh melaksanakan kegiatan belajarnya. Tentunya dalam hal ini seorang guru harus benar-benar mempunyai kemampuan menseleksi setiap kondisi dan selanjutnya menyesuai-kan dengan kondisi yang dimiliki oleh anak didik.
Guru adalah kreator
Setiap proses pembelajaran dilakukan sebagai wujud atau pengejahwantahan atas kondisi yang dihadapi dalam kehidupan. Tentunya kondisi tersebut sangat terkait sebab proses pembelajaran merupakan upaya sadar untuk mempersiap-kan diri menghadapi kehidupan.
Dan, proses pembelajaran pada dasarnya memberikan sesuatu yang baru bagi anak didik sehingga menjadi pengalaman berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Dengan pengalaman tersebut, maka perubahan yang diharapkan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak berbantah.
Agar anak didik mendapatkan apa yang diharapkan, tentunya dibutuhkan seseorang yang mampu memberikan hal-hal baru bagi mereka. Dan, guru sebagai orang yang bertanggungawab terhadap proses pembelajaran di kelasnya, maka dituntut untuk mempunyai banyak kreasi yang positif bagi anak. Kreasi ini meliputi banyak hal, misalnya pada metode pembelajaran, media pembelajarannya dan sebagainya.
Sebagai agen perubahan, maka guru dituntut benar-benar kreatif sehingga mampu menghadirkan proses pembelajaran yang benar-benar efektif. Hal ini sangat penting sebab dengan proses yang efektif, maka kemungkinan keter-capaian setiap program pembelajaran akan meningkat secara signifikan.
Hal lain yang sangat mungkin didapat dari guru yang kreatif adalah suasana belajar yang kondusif, dalam artian anak-anak jadi krasan di kelas pembelajaran dan enggan meninggalkan proses pembelajaran sebab suasana belajarnya tidak membosankan.
Seornag guru yang miskin kreasi mempunyai potensi yang sangat besar atas kegagalan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dibinanya akan menjadi sesuatu yang sangat membosankan bagi anak didik sehingga mengurangi semangat belajar anak didik. Tanpa kreasi yang cukup kreatif, guru hanya menjadi mesin otomasi yang begitu saja memberikan materi pelajaran (transfer of knowledge) semata. Padahal di dalam proses pembelajaran ada tiga aspek penting yang harus disampaikan oleh guru untuk anak-anaknya, yaitu knowledge, attitude dan psikomotor.
Bukankah kita menyadari bahwa jika kebosanan sudah berkuasa, maka segala yang kita lakukan tidak akan maksimal?!
Guru adalah adaptor
Sebagai sosok yang sedang mencari jati diri, maka anak didik sangat membutuh-kan pendampingan sehingga tidak mengalami salah jalan atau gagal dalam proses ini. Pencarian jati diri merupakan masa paling penting bagi semua orang terkait dengan kondisi masa depan mereka. Tentunya hal ini terkait dengan kondisi diri yang belum stabil sehingga anak didik masih mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya. Anak didik masih belum dapat memilih dan memilah setiap aspek yang tersaji dalam kehidupan untuk dirinya.
Yang sering terjadi adalah ketidaksinkronan aspek yang dipilih dengan kondisi di dalam dirinya sehingga terjadi friksi bahkan benturan yang sangat meng-ganggu proses pencarian jati diri. Akhirnya karena ketidakmampuan tersebut, maka anak didik salah jalan dan salah langkah hidupnya. Hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehingga melakukan hal-hal yang negatif, walau ada juga yang benar, positif.
Ketidaksinkronan kondisi di dalam diri dan di luar diri seringkali menjadi pemicu utama bagi kegagalan anak didik dalam menempuh proses pembel-ajaran hidupnya. Hal ini karena perbedaan yang sangat antara kondisi di dalam dirinya dengan kondisi di luar dirinya. Untuk itulah, maka dibutuhkan sese-orang yang mempunyia kemampuan menyesuaikan kedua dunia tersebut se-hingga menjadi sesuatu yang sesuai dengan kondisi anak secara keseluruhan.
Guru dengan segala kompetensi yang dimilikinya benar-benar diharapkan mampu menjadi adaptor sehingga anak benar-benar memiliki kemampuan untuk menyamakan kondisi dirinya dengan lingkungannya, khususnya dalam hal ini adalah semua aspek yang didapatinya dalam proses pembelajaran.
Guru harus mampu penyesuai kondisi anak didik, intern dengan eksternnya sehingga pengalaman belajarnya benar-benar merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Guru adalah katalisator
Bahwa belajar itu adalah sebuah proses sedemikian rupa sehingga terjadi banyak reaksi atas segala hal yang dipelajari bersama. Reaksi ini selanjutnya merupakan kondisi yang terjadi sebagai implikasi atas segala hal yang dipelajari di kelas maupun di dalam kehidupannya.
Sementara kita menyadari bahwa proses pembelajaran yang kita jalankan merupakan proses yang berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dibutuhkan sebuah kecepatan tertentu agar sesuai dengan program yang sudah disusun bersama.
Dan, kecepatan belajar anak didik sangatlah beragam, sehingga kemampuan menyerap dan menyelesaikan materi pelajaran-pun bervariasi. Hal ini snagat merepotkan bagi guru saat harus menyampaikan jatah materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum yang sudah direncanakannya.
Perbedaan yang sangat mencolok di dalam kemampuan penyerapan materi pelajaran selanjutnya berakibat pada ketercapaian program pembelajaran. Dengan kemampuan yang tinggi, maka kecepatan pemahaman materi pelajaran sangat cepat, tetapi dengan kemampuan yang rendah, maka kecepatan pe-mahaman-pun lambat.
Disinilah peranan guru sebagai agen perubahan harus benar-benar dapat menjadi katalisator sehingga kondisi anak didiknya benar-benar sesuai, seragam dalam kemampuan pemahaman materi pelajaran.
Perbedaan kemampuan belajar memang sangat mengganggu proses pembel-ajaran di kelas pada satu sisi ada anak-anak yang sudah mampu, tetapi pada sisi yang lainnya ada anak yang sama sekali belum memahami konsep atau materi pelajaran yang diberikan. Memang, kita dapat memberikan pembelajaran remedial tetapi jika hal tersebut terjadi tentunya repot dan tidak efektif. Oleh karena itulah, maka sebelum kita terjebak pada keharusan memberikan remedial, maka seorang guru harus dapat mejadi katalisator bagi proses pembelajaran anak didiknya sehingga sejak dini sudah dipersiapkan kondisi agar anak didik benar-benar menguasai materi pelajaran secara maksimal.
Seorang guru harus dapat mengatur kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar jelas terlihat dan selanjutnya diberikan pelayanan yang sesuai.
Dengan memperhatikan posisi guru di dalam proses pembelajaran ini, maka sebagai guru kita dapat bercermin dan selajutnya segera mengambil langkah-langkah konkrit sehingga tujuan pembelajaran benar-benar dapat dicapai oleh anak didik.
Pemahaman terhadap posisi dan tugas guru tersebut di atas, maka setidaknya seorang guru dapat segera menentukan sikap dalam menghadapi kondisi anak didiknya dan mempersiapkan kemampuan dirinya agar proses pembelajaran yang dibinanya benar-benar efektif.
Perlu kita sadari bersama bahwa di dalam proses pembelajaran anakdidik, seorang guru adalah pelayan, yaitu orang dewasa yang memberikan bantuan kepada orang muda, anak didik agar mampu menjalankan kewajiban belajarnya. Oleh karena itulah, maka seorang guru harus selalu mengembangkan kemampuan dirinya sehingga benar-benar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Baik dan buruknya anak didik. Berhasil dan tidaknya anak didik memang tergantung pada tingkat usaha yang dilakukan anak didik selama mengikuti proses pembelajaran. Tetapi kondisi tersebut tidak lepas dari peranserta guru di dalam mengkondisikan anak didiknya.
Keberhasilan anak didik tergantung bagaimana seorang guru melayani kebutuhan belajar anak didiknya. Semakin maksimal pelayanan yang diberikan, maka semakin maksimal pula hasilnya. Memang anak didik adalah subyek belajar, tetapi karena anak didik adalah sosok yang sedang mencari jati diri, maka perlu ada pembimbing yang benar-benar mumpuni dan menguasai banyak hal terkait dengan segala aspek yang perlu dipelajari anak didik.
Dan, guru dengan segala keterbatasannya dan tentunya dengan segala kemampuan yang dimilikinya selalu dan selalu belajar sehingga kemampuan dirinya terus terasah dan benar-benar mampu memberikan pelayanan maksimal bagi anak didiknya.
Selanjutnya adalah tergantung pada masing-masing guru, apakah mereka hanya ingin sebagaimana kondisi sekarang ataukah mereka mempunyai semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi anak didiknya sehingga proses pembelajaran menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan, seharusnya seorang guru memang tidak boleh terlalu cepat puas dengan kemampuan yang sudah dimilikinya melainkan harus terus berjuang untuk menambah penge-tahuan, keterampilan dan kemampuan sosialnya sehingga dapat menjadi panutan, digugu dan ditiru oleh anak didiknya. Jangan cepat puas!
Minggu, 17 Agustus 2008
Motivasi Untuk Perbaikan Masa Depan Anak Didik
Perbedaan kemampuan menerima dan memahami konsep-konsep yang terdapat di dalam materi pemelajaran menjadikan anak-anak memposisikan diri yang kadangkala sangat menyulitkan guru dalam melaksanakan tugas pembel-ajarannya. Anak-anak yang berkemampuan tinggi menempatkan posisi giat belajar, sedangkan anak-anak dengan kemampuan rendah seringkali memposisi-kan diri pada sikap malas yang sedemikian rupa. Jika anak didik kita mem-punyai kemampuan di atas rata-rata, tentunya bukan permasalahan yang sulit untuk meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran. Tetapi, jika kemampuan anak didik kita justru dibawah rata-rata atau ada beberapa anak yang kemam-puannya di bahwa teman-temannya, maka hal tersebut menumbuhkan sikap enggan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Jika kita menghadapi kondisi anak didik seperti ini, maka harus tanggap dan melakukan langkah nyata untuk memperbaiki kondisi dan membangkitkan semangat belajar anak didik. Bagaimanapun kita tidak menginginkan anak didik kita mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran yang kita pandu. Kita tidak berkeinginan anak didik mengalami kegagalan sehingga apapun bakal kita lakukan agar anak didik dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pemelajaran yang kita berikan pada mereka. Berbagai cara kita lakukan agar anak didik terpikat mengikuti proses pembelajaran kita, salah satunya adalah dengan memberikan dorongan dan dukungan terhadap segala hal yang dilakukan anak didik berkaitan dengan proses pembelajarannya.
Beri motivasi dan kesadaran atas masa depan yang ada di tangan mereka, bukan di guru ataupun orangtua.
Ya, kita memang harus segera memberi kesadaran kepada anak didik yang kehilangan semangat belajar sedemikian rupa sehingga mereka menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan kesalahan yang sangat fatal bagi kehidupan masa depan mereka sendiri. Jika mereka melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran di saat sekarang ini, maka taruhan yang harus mereka pasang adalah masa depan yang tentunya tidak menggembirakan bagi ke-hidupan mereka. Anak didik harus segera disadarkan atas peranannya di dalam proses pembelajaran yang bukan sebagai obyek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran. Dengan posisi seperti itu, maka setidaknya kita perlu memberikan dorongan semangat yang tidak terhingga kepada anak didik untuk menjalankan tugas dan kewajiban belajarnya sebaik-baiknya agar masa depan-nya tidak mengalami kesulitan.
Anak adalah pribadi yang masih dalam kondisi labil, setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama pada saat godaan hidup mendera mereka. Sementara kita mengetahui bahwa setiap saat kualitas dan kuantitas godaan hidup pada kehidupan kita sedemikian rupa sehingga seringkali mengharuskan kita untuk berjuang sekuat tenaga mengembalikan langkah pada tujuan hidup yang sesungguhnya. Dan, jika hal tersebut terjadi pada anak-anak, tentunya memberikan kondisi yang berbeda. Anak-anak yang dirinya masih labil mempunyai kecenderungan untuk selalu mengikuti apa yang dihadapi dalam hidup, mereka selalu mencoba dan mencoba untuk mengikuti setiap hal yang dianggapnya baru, bahkan mereka tidak menggubris apa yang ada di balik semua hal tersebut. Negatif ataupun positif bagi mereka tidak pernah jadi masalah, yang penting enjoy, just fun! Inilah yang seharusnya menjadi salah satu pertimbangan pokok dari semua orangtua, termasuk dalam hal ini guru untuk dapat memberikan motivasi positif bagi anak didik agar menyadari tugas dan kewajiban hidupnya, dalam hal ini belajar dengan sebaik-baiknya.
Masa depan anak didik adalah terletak di tangan anak didik, para guru hanyalah membantu untuk memperiapkan diri menghadapi msa depan tersebut. Dalam konteks ini tugas seorang guru tidak lebih dari membantu anak didik dalam mempersiapkan masa depannya. Bagaimana kondisi masa depan anak didik adalah tergantung pada bagaimana mereka mempersiapkan masa depan mereka di saat sekarang ini. Ibarat seseorang yang sedang menabung, maka kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh seorang anak didik merupakan proses menabung tersebut. Siapa yang melakukan proses menabung dengan sebaik-baiknya, maka pada akhirnya dia yang mendapatkan hasil terbanyak. Anak-anak yang memanfaatkan kesempatan belajarnya secara baik, pada akhrinya mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Tabungan yang dikumpulkannya menjadi semakin banyak dan berguna bagi kehidupannya di masa depannya.
Oleh karena itulah, kita harus secara intens memberikan dorongan yang berupa motivasi kepada anak didik sehingga anak didik mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran yang harus dijalaninya. Anak didik harus dibangkitkan semangat belajarnya sehingga dirinya terpacu untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran. Semangat belajar yang kita pompakan ke dalam hatinya merupakan tenaga yang sedemikian hebatnya sehingga dipercaya dapat mem-bangkitkan kepedulian anak terhadap tugas dan kewajiban utamanya dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat memerlukan motivasi sebab dari dalam dirinya sendiri masih belum kuat dorongan keberhasilan, melainkan hanyalah dorongan untuk menyenangkan diri semata.
Jika kita memberikan motivasi secara intens kepada anak didik, maka setidaknya di dalam hati anak didik tumbuh keinginan untuk mewujudkan semua dukung-an dan motivasi yang kita berikan sebagai branding dirinya dalam proses pem-belajaran. Sedangkan, branding merupakan nilai khusus yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dikonversi dengan berbagai kompensasi kehidupan yang tentunya sangat meembahagaiakan hati anak didik dan keluarga besarnya. Dengan branding diri yang berkualitas tentunya memberi nilai tambah bagi anak didik sehingga mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang yang berkepentingan dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang anak.
Motivasi yang kita berikan kepada anak didik pada dasarnya merupakan sebuah daya dorong untuk anak didik agar mampu mencapai suatu tingkatan kemampuan dalam mencapai kondisi tertentu atau mengubah kondisi tertentu. Motivasi ini dapat berupa hadiah (reward) atau penguatan terhadap apa yag didapatkan oleh anak didik. Dengan demikian, maka tumbuh kepercayaan pada diri anak didik dan hal tersebut dipercaya mampu menghadirkan kesadaran anak terhadap proses pembelajaran yang sebenarnya merupakan tugas dan tanggungjawab hidupnya. Belajar adalah kewajiban anak untuk mempersiapkan dirinya menghadapi setiap permasalahan yag ada di dalam kehidupan. Hal ini berkait dengan kenyataan bahwa jika anak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya, maka selanjutnya hal tersebut juga terjadi dalam kehidupannya.
Kita memang harus mampu membangkitkan semangat belajar anak didik dengan memberinya motivasi sehingga tumbuh semangat mempersiapkan masa depan yang gemilang bagi kehidupan dirinya dan keluarganya. Sebab hanya dengan membangkitkan semangat belajarnya, maka anak merasakan pentingnya belajar bagi kehidupan masa depannya. Bahwa mereka menyadari bahwa saat sekarang merupakan saat mempersiapkan segala sesuatu untuk masa depan.
Jika anak didik sudah menyadari peranannya dalam proses pembelajaran dan perannya dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik, maka setidaknya anak didik mengetahui bahwa sebenarnya mereka adalah subyek di dalam proses pembelajaran dan harus terus berusaha meningkatkan kemampu-an dirinya sehingga masa depannya lebih terjamin. Hal tersebut hanya dapat dicapai jika anak didik merasa termoivasi untuk berusaha mengembangkan kualitas dan potensi diriya untuk mempersiapkan masa depannya yang gemilang.
Sabtu, 16 Agustus 2008
Sikap Mental Pendukung Kemampuan Mental
Dan, keberhasilan adalah tujuan yang sangat membahagiakan, sekaligus membanggakan bagi guru. Indikasi keberhasilan guru di dalam proses pembel-ajaran adalah terpenuhinya target kurikulum atau standar kelulusan minimal yang ditentukan untuk setiap kompetensi dasar (KD).
Oleh karena itulah, maka guru berusaha menerapkan berbagai metode untuk memberikan kemudahan siswanya dalam belajar. Berbagai teknologi pendidikan diterapkan di dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya adalah tugas pokok seorang guru.
Pada awalnya kita yakin bahwa setiap orang dapat kita ubah kompeten-sinya melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Tetapi ternyata hal tersebut berbenturan dengan kenyataan bahwa setiap orang mempunyai tingkatan kom-petensi yang berbeda.
Kompetensi setiap guru tidak sama dan berakibat pada variasi hasil yang berbedapula, sebab cara dan kemampuan mengelola proses pembelajaran yang berbeda. Ada guru yang begitu mudah melaksanakan proses pembelajaran dan berhasil dengan gemilang, walau kompetensinya termasuk rendah. Tetapi, ada juga guru yang tidak berhasil dalam proses pembelajarannya, meskipun kompetensi dirinya tinggi, pintar.
Memang tidak seluruhnya seperti itu, tapi setidaknya ada guru pintar yang ternyata tidak berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran yang menjadi kewajibannya. Para siswanya tidak dapat mengikuti pola pemikiran guru sehingga berdampak pada kegagalan proses.
Kita tidak dapat merahasiakan hal tersebut karena hal tersebut memang ada. Artinya ada guru yang pintar tetapi tidak pintar dalam mengajar di kelas. Mereka mengajar hanya untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa siswanya tidak mengerti, memahami hal yang diajarkannya.
Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Dimana letak kesalahan sehingga proses pembelajaran tidak efektif dan gagal?
Tentunya jika kita mencoba menguraikan pokok permasalahan ini, maka cukup banak aspek krusial. Masalah pendidikan dan pembelajaran memang masalah yang krusial. Pada setiap aspeknya mengandung permasalahan yang cukup rumit. Tidak jarang masing-masing masalah saling terkait sehingga kita tidak dapat menyelesaikan satu masalah tanpa menyelesaikan masalah yang lainnya.
Tetapi, hal tersebut bukan berarti kita berputus asa dan menerima semua akibat begitu saja. Tidak mungkin kita bersikap seperti itu. Kita sedang mem-proses, maka setiap permasalahannya muncul harus dihadapi dan diselesaikan secara smart.
Sebagai seorang guru, maka keberhasilan siswa adalah hal terpenting yang selalu mendorong guru memberikan proses pembelajaran secara maksimal. Bahkan, setap saat guru selalu meningkatkan kemampuan dirinya dengan ber-bagai diklat yang relevan. Bahkan berbagai buku ‘disantap’ dan diperas isinya agar dapat meningkatkan kuaitas diri.
Kita harus mengakui bahwa saat seseorang terjun pada sebuah profesi, maka berbagai persiapan dilakukan untuk kelancaran tugasnya. Begitu juga halnya dengan profesi guru. Dalam hal ini tentunya, yang terutama adalah penguasaan materi pelajaran yang akan diberikan kepada pada siswanya.
Kesiapan materi merupakan syarat utama bagi guru saat melaksanakan tugas pembelajarannya sebab materi pelajaran adalah bahan yang akan diberikan pada siswa. Kita dapat menganalisa hal yang terjadi jika seorang guru tidak menguasai materi pelajaran! Dia pasti menjadi ‘tukang jamu’ yang berteriak di tengah kerumunan, lingkaran orang, tetapi sama sekali materinya tidak berguna! Dan, untuk dapat mempersiapkan materi dengan sebaik-baiknya, maka seorang guru harus mampu mempersiapkan mental, konsep mental dan sikap mentalnya dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru.
Untuk itulah, maka beberapa hal perlu dilakukan oleh guru, yaitu:
a. Menetapkan konsep mental
Konsep mental adalah pola pemikiran yang ditumbuhkan di dalam hati seseorang dalam mencapai tujuan. Konsep mental itu dibentuk di dalam pikiran dan hati seseorang sehingga secara jelas menjadi visi hidup.
Konsep mental dapat juga diartikan sebagai pola wawasan seseorang terhadap segala tujuan hidupnya. Ini adalah peta pikiran seseorang terkait tujuan yang hendak dicapai.
Bahwa di dalam kehidupan ini, semua adalah sebuah organisasi, sehingga sangat perlu menerapkan konsep POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling). Inilah bagian dari konsep mental yang perlu kita tetapkan untuk keberhasilan proses.
Setiap orang pribadi adalah organisasi, bahkan dapat kita katakan organisasi terbesar sebab sangat kompleks dengan berbagai visi dan misi. Organisasi diri membutuhkan pengelolaan yang baik jika ingin mencapai keberhasilan. Disinilah, POAC kita terapkan.
Oleh karena itulah, seorang guru sangat perlu menetapkan konsep ental agar aspek POAC di dalam dirinya dapat tersistemasi dan sinergis dengan segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuannya.
Guru harus dapat menetapkan konsep mental pada dirinya sehingga jelas tergambar hal-hal yang harus dilakukan, agar tumbuh dorongan untk mencapai tujuan pembelajarannya. Konsep mental ini adalah jalur yang harus dilalui menuju keberhasilan proses.
Proses pembelajaran adalah suatu system, maka pola pembelajarannya-pun harus sistematis, baik dalam berpikir, bertindak dan dalam segala langkah. Karenanya, semua perlu dilandasi dengan konsep yang pas, yaitu konsep yag benar-benar mampu memberikan gambaran dan garis-garis atau jalur-jalur yang pasti menuju pada tujuan utama, yaitu keberhasilan dalam pembelajaran.
Konsep mental menjadi aspek penting bagi proses mencapai tujuan sebab pada konsep inilah kita susun program atau planning utama dari organisasi diri kita. Dengan konsep mental kita secara jelas dapat mengetahui segala aspek terkait pencapaian tujuan.
b. Membangun sikap mental positif
Sikap mental itu adalah cara kita menghadapi permasalahan dalam hidup. Sikap ini selanjutnya menumbuhkan rasa positif atau negatif ter-hadap segala hal.
Tugas kita adalah membangun sikap mental positif dalam diri kita sehingga terjadi kepercayaan atas kemampuan diri. Begitu juga pada siswa yang kita bimbing. Sikap mental sangat menentukan langkah yang harus kita lakukan saat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi segala kegiatan kita.
Sikap mental menjadi indikator bagi suatu keberhasilan program. Setidak-nya dengan sikap mental yang sesuai dengan keinginan, maka kemung-kinan tercapainya program cukup besar. Setiap orang yang bersikap mental positif seringkali mampu menghadapi segala kejadian hidup dengan prosentase keberhasilan tinggi.
Hal ini karena sikap mental positif menjadi sebuah motivasi inert yang sangat besar sehingga mendorong seseorang untuk mencapai keberhasil-annya. Sikap mental positif adalah sebuah kepercayaan dan kepercayaan adalah sebuah main power yang sangat menentukan tingkat keberhasilan. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa kepercayaan adalah lebih separoh dari kemungkinan keberhasilan! Artinya sebelum melakukan sesuatu, jika kita mempunyai kepercayaan tinggi, itu artinya kita sudah mencapai separih dari keberhasilan maksimalnya.
Tetapi bagi orang-orang yang bersikap mental negatif, seringkali meng-alami kegagalan yang cukup tragis. Mereka sudah gagal sebelum melak-sanakan kegiatan konkrit. Ini merupakan suatu sikap yang salah. Oleh karena itulah, setiap orang selalu menasehati orang lain untuk tidak memasang sikap mental negatif di dalam kehidupannya.
Sikap mental negatif itu semacam virus yang ada di sirkuit komputer. Setiap kali komputer dinyalakan dan program dijalankan, maka dengan leluasa virus segera menjalar ke seluruh program di dalm sirkuit kom-puter tersebut. Tentunya jika hal seperti itu terjadi, maka segala program yang sudah kita susun berantakan.
Begitulah kemampuan virus sikap mental negatif menyerang diri kita. Saat virus menguasai kinerja otak kita, maka berakibat pada turunnya kemampuan - kemampuan yang kita miliki sebelumnya. Apalagi jika sebelumnya kita tidak mempunyai kemampuan!
Oleh karena itulah, maka membangun sikap mental positif adalah hal penting yang harus dilakukan oleh guru agar proses pemelajaran dapat berhasil. Sikap mental positif seorang guru merupakan modal tak ternilai bagi keberhasilan siswanya. Jika guru tidak memiliki sikap mental positif, bagaimana dia dapat membawa sikap mental siswa-siswanya? Guru yang tidak mempunyai sikap mental positif sama artinya dengan guru yang tidak mempunyai kepercayaan diri! Dari ini kita dapat bayangkan bagaimana orang yang tidak mempunyai kepercayaan diri dapat meng-arahkan orang lain mencapai tujuan hidupnya?! Mau dibawa kemana anak didik kita?!
Konsep mental dan sikap mental merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dimiliki oleh semua guru, bahkan semua orang yang ingin berhasil. Konsep mental menjadi suatu landasan yang kokoh bagi sikap mental seseorang.
Kedua hal ini sangat menentukan tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Tentunya hal tersebut menuntut adanya komitmen yang pasti dari setiap orang. Komitmen inilah yang selanjutnya menjadikan setiap orang wajib menekankan sikap pada konsekuensi tinggi.
Sementara itu, kita perlu menyadari bahwa tingkat kemajuan setiap orang di dalam membangun konsep mental positif dan mewujudkan dalam sikap mental positifnya. Sikap mental positif tidak tiba-tiba dating begitu saja. Semua membutuhkan proses yang cukup panjang. Dan, semua itu tergantung pada tingkat keseriusan kita dalam memposisikan niat kita.
Proses konstruksi tersebut melalui beberapa konsep, yaitu sugestif, inner power dan inner motivation serta extern power dan extern motivation. Hal hal tersebut merupakan aspek penting untuk membentuk konsep mental dan sekaligus sikap mental positif.
Selanjutnya, bagaimana peran aktif kita di dalam upaya mencapai keber-hasilan berdasarkan pada konsep dan sikap mental positif. Hal ini penting bagi pengembangan dan perkembangan pembelajaran.
Setidaknya di dalam hal ini, kita harus mampu membangun suatu kondisi di hati siswa dan juga para guru sehingga termotivasi untuk kesadaran atas posisi mental positif terhadap konsep-konsep kehidupan yang akan dijalani
Mensinergiskan konsep metal dengan sikap mental
Seperti kita ketahui,konsep mental dan sikap mental adalah dua hal yang saling terkait sehingga eksistensinya merupakan sebuah biimplikasi.
Ketika seseorang mengembangkan konsep mental di dalam dirinya, maka ha tersebut akan sangat percuma jika tidak ditindaklanjuti dengan sikap mental yang sama.
Mental aalah sebuah ranah yang penting bagi kelangsungan hidup seseorang. Dengan mental, maka kita dapat menentukan nilai-nilai yang harus diterapkan untuk kehidupan serta hal-hal yang harus dihindarkan dari kehidup-an.
Dengan demikian, maka konsep mental adalah segala hal yang kita susun dan rencanakan untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Konsep inilah yang mejadi dasar dari segala kegiatan hidup yang kita lakukan. Dan, tentunya kita harus selalu menerapkan agar hidup kita tidak terlalu menimpang dari ketentu-an dasar yang harus dilakukan.
Begitulah pentingnya konsep metal bagi kehidupan kita sehingga setiap orang harus mampu mengelola mentalnya sedemikian rupa sehingga menum-buhkan konsep kehidupan yang berbasis pada mental dirinya.
Sementara sikap mental merupakan suatu upaya untuk mengimplemen-tasikan konsep pada langkah konkrit yang lebih dekat pada pencapaian tujuan, goal kehidupan. Sikap mental ini selajutnya menjadi sebuah aksi nyata yang dilakukan oleh manusia.
Dengan sikap mental yang sesuai dengan konsepnya, maka tentunya proses pencapaian tujuan dapat lebih dikonsenkan dan lebih dapat diukur, di-perkirakan tingkat pencapaiannya.
Oleh karena itulah, maka untuk dapat mencapai tujuan hidup maksimal, maka perlu dibangun kesinergisan antara konsep mental dengan sikap mental positif di hati setiap orang, guru.
Boleh saja seseorang mempunyai konsep mental yang bagus, tetapi jika tidak dibarengi dengan sikap mental yang bagus juga, tentunya segala konsep tersebut hanya menjadi wacana yang tidak berarti. Kehidupanpun akan menjadi pincang, tidak lagi sigap sebab selalu terjadi pertentangan di dalam hati se-seorang terkait dengan hal-hal yang hendak dilakukannya.
Bagaimana sebuah program dapat terlaksana baik dan membawa pada keberhasilan jika ternyata orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak mem-punyai tingkat konsistensi yang tinggi pada konsep dan sikap mental saat ber-tindak?
Orang sudah menyusun konsep untuk mencapai keberhasilan belajar secara maksimal, tetapi sikapnya sama sekali tidak menggambarkan hal-hal yang terkait dengan proses pencapaian konsep, apa yang dapat dicapai? Nol besar!!
Maka segera sinkronkan dan sinergiskan kondisi konsep mental dengan sikap mental agar program hidup dapat dicapai maksimal. Semoga!
Lama Aku HiLang WaKtu
Dan, sekarang aku ada sedikit waktu untku sisihkan tulisan, walau sejak siang aku sibuk mempersiapkan segala kebutuhan terkait dengan kegiatan menjelang peringatan 17-an. Duh, rasanya penat sudah menghancurkan seluruh bagian tubuhku. Tulang-tulangku sudha tidak dapat kugerakkan lagi. Tapi aku merasa ingin mengutarakan apa yang ingin kuutarakan, maka aku menulis di saat ini.
Rabu, 30 Juli 2008
TaMu BuLanaN
Walau sebenarnya kondisi cukup merepotkan, ternyata banyak wanita yang menyukai dan bahagia, apa itu...?
Jumat, 25 Juli 2008
Hari Ini Aku Merasakan sakit Sendiri
Ternyata bu Lurah sedang mendatangi tetanggaku yang kayaknya hendak melahirkan. Kupikir belum saatnya, wong perutnya masih kecil. Ternyata karena kondisi rumah tangganya yang tidak mapu, terpaksa mereka meminta pertolongan dari aparat desa.
Bu Lurah segera cepat tanggap dan datang untuk mengatur kebutuhan melahirkannya. Ternyata, hsang ibu harus dibawa ke rumah sakit sebab kelahirannya tidak normal!
Saat itulah dengan tergopoh aku mendatangi rumah tetanggaa, sekalian untuik menmghetahui kndisi sebenarnya tetanggaku tersebut. Ternyata sat aku melewwti jembatan got di depan rumah akuku terperosok diantara jepitan bambu, akibatnya aku keseleo!
Duh, sakitnya !
Terpaksa hari ini aku tidak masuk kerja dan merasakan sakit sendirian di rumah sebab anak-anak dan suami harus bekerja!
Begitu seorang ibu!
Pentingnya membagi Tugas dan Kewajiban
Dalam kondisi seperti ini, maka perlu adanya kesepakatan bersama dari seluruh isi rumah. Hal ini sangat perlu untuk menghindari terjadinya ketimpangan di dalam penyelesaian setiap masalah dalam rumah. Pembagian tugas dan kewajiban sangat perlu sehingga tmbuh kesadaran atas komunitas rumah yang baik dan teratur.
Dua anakku juga bersekolah, tetapi untuk tahun ini, anak pertamaku harus berangkat sekolah pada siang hari, sehingga dengan demikian, maka pada pagi hari dia yang harus berada di rumah dan mengkondisikan rumah sedemikian rupa sehingga tidak amburadul.
Begitulah hal yang kami lakukan, Tetapi satu hal yang tidak dapat dialihkan, yaitu memasak, ettap saja menjadi tugasku, memasak utama maksudku. Kalau memasak yang nremeh-remeh sih suamiku juga sering melakukannya untuk kami.
Tetapi, yang jelas pembagian tugas dan kewajiban di rumah emnjadikan kami lebih dekat dan saling pengertian satu dengan yang lainnya!
Selasa, 22 Juli 2008
Kebiasaan pagi hari
SEjak pukul 4 pagi, yaitu setelah sholat subuh, para ibu sudah sibuk di dapur dan sumur, dimana harus mencuci piring dan perkakas dapur sisa semalam dan harus mencuci beras dan menjerang air untuk kebutuhan pagi hari, sebelum anak-anak dan suami pergi atau berangkat sekolahd an kerja.
Para ibu sudah sibuk di kedua tempat sebelum seisi rumah lainnya bangun. Anak-anak masih berselimut, bapaknya masih mancal sarung!
baru pada jam 6 pagi isi rumah yang lainnya merangkak dari kasur, berebut menuju ke kamar mandi, sekedar gosok gigi atau langsung mandi. Yang pertama masuk tertawa ngakak sedangkan yang tetringgal menggerutu tak karuan.
Ibu hanya tersenyum sambil menunggu penggorengan yang berisi tempe atau tahu.
Duh, begitulah kegiatan yang harus dilakukan oleh ibu setiap harinya, tanpa keengganan ataupun rasa malas.
Jumat, 18 Juli 2008
Harus Diakui, Ibu Lebih Penting Dari Ayah!
Manusia dilahirkan dalam dua jenis yang berbeda tetapi saling mengisi, saling melengkapi. Dalam kaitan selanjutnya, kedua jenis manusia ini saling bekerja sama dalam segala hal sehingga kehidupan menjadi lebih baik. Bahkan, antara keduanya, beberapa mengikta komitemn untuk hidup bersama sehingga kerja sama semakin utuh dan tuntas.
Ketika dua orang bersatu, wanita dan pria, membentuk sebuah rumah tangga, maka pada saat itu, telah terjadi ikatan janji untuk secara bersama-sama siap menghadapi berbagai yang muncul dalam kehidupan. Kebersamaan ini adalah wujud dari rasa kebersamaan yang tumbuh di hati masing-masing terhadap yang lainnya, pasangannya.
Pada konsep tradisional, kedua orang ini mempunyai pembagian tugas dan kewajiban yang berbeda tetapi saling mendukung dan menjadikan kondisi pertautan hati menjadi lebih baik dan kuat. Pembagian tugas dan kewajiban ter-sebut adalah pria sebagai pemenuh kebutuhan keluarga. Seorang pria harus mempunyai penghasilan yang dapat dijadikan sebagai dukungan untuk kelan-caranan. Seorang pria harus bertanggungjawab terhadap perekonomian keluar-ganya. Setiap bulan atau setiap waktu tertentu, dia harus mampu menyediakan sekian jumlah dana segar untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan makan, kebutuhan sarana rumah tangga, kebutuhan sekolah anak-anak dan sebagainya. Pria adalah kepala keluarga.
Sementara itu, seorang wanita kebagian tugas untuk mengelola dana yang sudah dikumpulkan oleh sang pria. Wanita harus mampu mengelola dana sehingga dapat menutup kebutuhan sebulan atau bahkan mampu menyisihkan sebagian untuk tabungan masa depan, atau saat-saat genting yang membutuhkan dana tiba-tiba. Wanita adalah bendahara keluarga yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup keluarga.
Ibu, adalah pusat keluarga. Pada wanitalah semua urusan tertumpuk dan harus segera dapat diselesaikan. Hal ini karena secara tidak sadar, semua urusan ditangani oleh ibu. Sejak anak masih kecil, maka yang repot adalah ibu. Saat malam-malam si sanak bangun, maka yang menangani adalah ibu. Ketika anak menangis, maka ibu yang menenangkannya. Sementara sang bapak, mungkin tidak ada di tempat atau asyik dengan kegiatan lainnya. Itu umumnya!
Duh, betapa penting peranan ibu di dalam sebuah keluarga sedemikian rupa sehingga saat nabi Muhamamad ditanya kepada siapa seseorang harus mengabdi, maka Nabi menjawab tiga kali berturut-turut IBU, baru yan keempat BAPAK!
Wanita Sebagai Pelaku Karier
Perkembangan jaman dan tuntutan kehidupan menyebakan terjadinya perubahan dalam banyak aspek kehidupan. Setiap orang harus bersiap untuk menghadapi semua kondisi yang tersaji dalam kehidupan. Kondisi tersebut me-maksa kaum wanita harus ikut memikirkan kelangsungan hidup keluarganya.
Tuntutan kondisi jaman memang sangat berat bagi keluarga jaman sekarang, apalagi bagi mereka yang sudah menyekolahkan anak-anaknya, maka tuntutan menjadi semakin besar. Jika untuk menutup kebutuhan inihanya ber-gantung pada satu orangsaja, tentunya mereka sangat kesulitan, maka banyak yang memutuskan ikutmembantu suami mengumpulkan duit.
Untuk hal tersebut, maka para wanita menjawab dengan mengembang-kan diri dan berkiprah secara aktif di dalam sebuah kegiatan yang dinamakan karier.
Dan, di dalam women’s activity ini, dicoba untuk semakin membangkit-kan kesadaran semua wanita tentang pentingnya kesetaraan gender sebagai salah sau bentuk jawaban terhadap kondisi global yang semakin hari semakin menjepit, khususnya pada mereak tidak siap menghadapi kondisi.
Dengan memposisikan diri sebagai wanita karier, maka setidaknya wanita telah mengambil peran aktif di dalam pembangunan manusia seutuhnya. Dengan posisi tersebut, maka setidaknya semua wanita mempunyai wahana untuk mengeluarkan uneg-uneg hatinya dan menyampaikannya secara ebbas di forum ini. Disinilah kita, kaumwanit mencoba untuk bergerak sebagaimana yangseharusnya ilakukan olehpara wanita dantidakasa menerima perlakuan yang diberikan kepada kita!
Ayo, kita tekadkan hati, tetapkan langkah menuju goal kehidupan, maka segaa aral kehidupan akan emnyingkir, apalagi jika para wanita sudah menempatkan diri sebagai wanita karier, memangnya kenapa tidak?! Sudah bukan saatnya lagi wanita hanya berada di tiga
Wanita, Sebagai Ibu Rumah Tangga
Sejak dahulu kita sering dihadapkan pada konsep bahwa seorang wanita mempunyai tugas sebagai pengelola rumah tangga.
Sejak pagi hingga pagi lagi, seorang wanita melakukan aktivitas untuk mengkondisikan rumah sebaik mungkin sehingga anak dan suami mendapatkan kenyamanan di rumah. Banyak pekerjaan yang dilakukan oleh wanita sejak pagi hingga pagi hari lagi. Mulai dari kasUr, dapUr dan sumUr.
Di kasUr berarti harus melakukan tugas dan kewajibannya sebagai se-orang isteri terhadap sang suami. Ini merupakan kewajiban biologis sebagai konsekuensi perkawinan mereka. Pada awalnya ini merupakan sebuah kondisi untuk mempertahankan generasi sebab kegiatan kasUr adalah kegiatan repro-duksi sebuah keluarga. Dengan tugas kewajiban ini, maka seorang wanita ada-lah pasangan bagi sang suami.
Di dapUr, berarti seorang wanita harus mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan berkaitan dengan persiapan konsumsi bagi keluarganya. Dalam hal ini seorang wanita harus mempunyai kemampuan untuk mengelola berbagai masakan untuk keluarganya. Masakan ini harus mampu memberikan penyehatan dan mejaga kesehatan seisi keluarga. Keterampilan memasak di dapUr harus menjadi keahlian wanita sebab pada pola pemikiran umum dikataan bahwa untuk memikat suami atau orang lain, maka melaui perut adalah yang paling efektif. Jika seorang wanita mampu memasak dengan kelezatan yang baik, maka anggota keluarga menjadi suka makan di rumah.
Di sumUr, berarti seorang wanita harus mampu melakukan kegiatan cuci mencuci. Kegiatan ini meliputi mencuci pakaian kotor, piring kotor dan sebagai-nya. Seorang wanita yang memposisikan diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu melakukan kegiatan di sumUr. Mereka harus mencuci pakaian kotor setidaknya dua hari sekali. Inilah pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga.
Jika kita telaah, maka kita tahu betapa pentingnya eksistensinya di dalam sebuah rumah tangga. Dapat kita bayangkan seandainya mereka tidak ada di tempat atau ketika mereka sedang sakit?
Wah, rumah bakal menjadi sebuah kapal yang pecah. Berantakan dan tidak teratur. Seharusnya, semua merasa beruntung pada mereka yang me-mutuskan menjadi ibu rumah tangga. Jangan pandang mereka sebagai orang wingking yang hanya serba katut saja. Mereka merupakan orang yang sangat penting bagi kelancaran pengelolaan organisasi keluarga.
Senin, 07 Juli 2008
Wanita Perlu Bergiat
Oleh karena itulah, melalui blog ini kita mencoba untuk bersama-sama sharing dan bergiat untuk menempatkan wanita secara proporsional pada tempatnya yang layak!
Justru seharusnya, wanitalah yang paling terhormat,
Dimanakah Sorga?
"Di bawah telapak kaki ibu!"